Jakarta (ANTARA) - Puskesmas Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, menawarkan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) guna mendeteksi dini kanker serviks (leher rahim) menggunakan alat pemeriksaan tes IVA (Amathea) yang dinilai lebih praktis untuk dibawa tenaga medis.

"Sebelumnya pemeriksaan IVA itu ribet, bawanya bed-nya besar, harus bawa skerem lalu kami berpikir bagaimana caranya agar lebih sederhana kalau ke balai-balai RW atau lingkungan," kata perawat di Puskesmas Menteng, Resza Putri di sela- acara "Jakarta Innovation Days (JID) Expo 2024" di Jakarta, Selasa.

Tempat tidur untuk pasien bersama alat-alat yang dibutuhkan seperti skerem (tirai pembatas ruangan), senter kepala (headlamp), bangku dan lainnya semua dapat terfasilitasi melalui alat yang diberi warna dominan merah muda tersebut.

Alat ini diluncurkan tahun lalu dan sekilas tampak seperti kursi yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dilengkapi sejumlah peralatan penunjang pemeriksaan.

Ada alat ini memudahkan untuk bergerak ke lingkungan masyarakat agar lebih banyak wanita yang bisa memeriksakan diri. "(Alat bisa) Dibawa mobil APV, ambulans. Kami biasanya langsung ke Posbindu atau Posyandu. Sebulan dua kali," kata Resza.

Baca juga: ASN diajak peduli kanker serviks dan kesehatan mata sejak dini
Alat pemeriksaan tes IVA (Amathea) yang dipamerkan di booth Puskesmas Kecamatan Menteng, di sela Jakarta Innovation Days (JID) Expo 2024 di Jakarta, Selasa (1/10/2024). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Tes IVA dilakukan guna mendeteksi dini kanker serviks sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan dini apabila terdeteksi lebih awal.

Orang-orang yang disarankan menjalani pemeriksaan ini, yakni wanita yang sudah pernah melakukan hubungan intim (seksual), pernah mengalami infeksi menular seksual dan belum menopause.

Wanita yang akan menjalani tes, bila dalam kondisi haid sebaiknya baru sebatas flek atau hari-hari akhir masa menstruasi. Bila dulu, wanita diminta tidak berhubungan seksual dulu dalam dua kali 24 jam, kini tak lagi seperti itu.

"Karena takutnya spesimen yang diambil itu bukan spesimen vagina melainkan sperma. Kalau sekarang enggak masalah asal sudah dibersihkan," katanya.

Sekarang, dokter di Puskesmas Menteng dr. Kiki, paramedis sudah bisa membedakan mana sperma dan mana cairan leher rahim.

Kiki mengatakan, warga tak perlu merogoh kocek untuk menjalani pemeriksaan ini karena Puskesmas tak membebankan biaya periksa IVA. Dia lalu menyarankan wanita dites IVA setidaknya sekali dalam setahun.

Baca juga: PKK ajak perempuan terapkan hidup sehat untuk hindari kanker serviks

Bagi warga Jakarta atau karyawan kantor yang ingin mengadakan pemeriksaan IVA dapat bersurat ke Puskesmas. Petugas akan menjadwalkan pemeriksaan dan membawa alat ke lokasi.

Adapun pemeriksaan IVA membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit dan hanya memunculkan rasa tidak nyaman. Kadang ibu-ibu masih trauma saat melahirkan, merasa sama seperti dimasukkan spekulum (alat untuk memeriksa leher rahim).

"Padahal tidak, kami pakai alatnya kecil dan itu disposable (langsung dibuang setelah sekali pakai). Kami jelaskan saja sedikit tidak nyaman, bukannya tidak sakit," kata dia.

Merujuk data, sejak Januari hingga September 2024 sudah sekitar 970 wanita yang menjalani tes IVA. Kiki mengakui angka ini masih jauh dari target Puskesmas Menteng, yakni 14.000 wanita dalam tiga tahun.

"Masih jauh dari target tapi ini sudah ada peningkatan. Puskesmas Menteng memiliki capaian tinggi. Di tahun 2022 tertinggi se-DKI. Target per tiga tahun sekitar 14.000 untuk Menteng saja," kata dia.