Jakarta (ANTARA News) - Sejak kemerdekaan pada 1945, Indonesia belum memiliki tradisi penyambutan presiden baru, sehingga Presiden Susilo Yudhoyono berencana merancang tradisi baru suksesi kepemimpinan negara itu.

"Saya merancang tradisi baru, pada 20 Oktober. Setelah sama-sama hadiri sidang MPR, saya akan bersiap di istana untuk sambut presiden yang baru, dengan upacara militer yang baik," kata kata Yudhoyono saat memberikan arahan kepada para perwira tinggi TNI di Jakarta, Senin.


Presiden dalam ketatanegaraan dan hukum formal Indonesia merupakan lambang negara, kepala pemerintahan dan kepala negara, sekaligus panglima tertinggi TNI.

Yudhoyono melanjutkan,"Kami berdua, yang lama dan baru, akan terima penghormatan, masuk ke dalam istana; perpisahan dengan perangkat kepresidenan, setelah itu saya kembali ke masyarakat luas."

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, dia juga menghimbau agar buku sejarah Reformasi TNI-Kepolisian Indonesia dapat segera diselesaikan sebelum 5 Oktober 2014.

Menurut dia, buku tersebut penting untuk dapat segera diselesaikan mengingat saat ini banyak pelaku aktif reformasi TNI-Kepolisian Indonesia yang masih hidup.

Sehingga, menurut dia, dapat diperoleh sejarah yang lebih utuh komprehensif, dan dapat dikalrifikasi kebenarannya.