Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden RI bidang Inovasi, Pendidikan dan Daerah Terluar, Billy Mambrasar menerima audiensi dari berbagai komunitas pemuda dan aktivis, dan mengajak mereka untuk menjadi subjek kebijakan publik, termasuk soal pendidikan.

Sejumlah komunitas pemuda dan aktivis yang hadir dalam audiensi tersebut, meliputi Youth On Policy, Bekasi Ambil Peran, Tadulako Youth Movement, Gensmart Indonesia, Geo Impact, Wadah Baik, dan TIDAR Turki.

"Saya selalu tekankan di berbagai kesempatan, anak muda bukan saja obyek, tetapi harus jadi subjek kebijakan publik. Bukan saja target, tetapi aktor pembangunan," kata Billy dalam keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Stafsus Presiden dan Dubes Australia bahas peningkatan pendidikan RI

Billy mengatakan bahwa forum dan audiensi ini merupakan satu dari banyak langkah konkret yang dapat dikerjakan bersama untuk menjawab tantangan kesenjangan akses pendidikan di Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Billy menekankan bahwa pandangan dan rekomendasi kebijakan terkait masalah pendidikan selanjutnya akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

Adapun audiensi itu menyoroti berbagai isu strategis seperti kesenjangan infrastruktur pendidikan, kesejahteraan guru, serta sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Salah satu rekomendasi penting itu mencakup dari Co-Founder Youth On Policy, Yogi Syahputra yang menyoroti relevansi Undang Undang (UU) No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

"UU ini sudah tidak mampu menjawab tantangan pendidikan tinggi Indonesia. Komersialisasi perguruan tinggi, kegagalan target World Class University (WCU), serta rendahnya aksesibilitas perguruan tinggi adalah isu besar yang harus segera diatasi," kata Yogi.

Co-Founder Bekasi Ambil Peran, Bayu Satria Utomo juga membahas isu terkait sistem zonasi PPDB yang dianggap kurang adil.

Menurut dia, sistem zonasi yang ada saat ini cenderung merugikan siswa dari daerah yang minim fasilitas pendidikan, sehingga perlu ada reformasi dalam penerapan zonasi agar lebih mengakomodasi kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang.

Kemudian, Co-Founder Tadulako Youth Movement, Ichwan Budjang menyoroti kesenjangan infrastruktur pendidikan, terutama di wilayah-wilayah terpencil dan terluar Indonesia.

Baca juga: Staff Khusus Presiden sebut pendidikan kunci utama entaskan kemiskinan

Baca juga: Stafsus: Perlu insentif cegah putra terbaik bangsa ke luar negeri


"Di banyak daerah, infrastruktur pendidikan masih jauh dari layak. Fasilitas sekolah yang buruk dan akses yang sulit membuat siswa tidak mendapatkan pendidikan yang setara dengan daerah perkotaan," kata Ichwan.

Dalam pesan penutupnya, Billy Mambrasar menyampaikan apresiasi kepada para pemuda yang aktif berkontribusi terhadap isu-isu kebijakan pendidikan yang diharapkan dapat mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas di Indonesia.

Ia juga berkomitmen untuk membawa seluruh rekomendasi yang telah disampaikan dalam audiensi ini ke tingkat yang lebih tinggi agar suara pemuda didengar dan diimplementasikan dalam kebijakan pemerintah.