Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi melemah sebesar 26 poin menjadi Rp11.700 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.674 per dolar AS.

"Rupiah kembali tertekan seiring dengan ekspektasi Bank Indonesia bahwa neraca transaksi berjalan Indonesia akan kembali mengalami defisit," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Senin.

Kendati demikian, lanjut dia, di sisi lain pelaku pasar masih mengharapkan bahwa data neraca transaksi berjalan Indonesia yang akan dipublikasikan pada Senin siang ini mencatatkan surplus.

Selain itu, ia menambahkan bahwa inflasi Mei 2014 ini juga diekspektasikan masih tetap akan stabil meski secara historis laju inflasi pada bulan Mei cenderung meningkat.

"Dalam tiga tahun terakhir, hanya pada 2012 yang menunjukkan angka penurunan inflasi. Untuk inflasi Mei tahun ini, estimasi kami berada pada kisaran 0,05-0,17 persen," katanya.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa menjelang pengumuman data ekonomi Indonesia pada awal pekan ini pelaku pasar cenderung menempatkan dananya dalam bentuk dolar AS untuk mengantisipasi jika data tidak sesuai yang diharapkan.

Menurut dia, jika data ekonomi domestik sesuai dengan ekspektasi pasar maka peluang rupiah untuk kembali menguat ke level Rp11.500 per dolar AS dapat kembali terbuka.