"Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan program kesehatan jiwa di wilayah Kalimantan Timur," kata Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kaltim Setyo Budi Basuki saat dihubungi di Samarinda, Selasa.
Selain itu, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mengidentifikasi praktik terbaik dalam pelayanan kesehatan jiwa serta meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait penanganan masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
"Studi tiru kawasan program kesehatan jiwa berlangsung selama empat hari, pada 25-28 September 2024, di Surabaya," ujar Basuki.
Baca juga: RSKD Duren Sawit gencarkan edukasi publik pentingnya kesehatan jiwa
Baca juga: RSKD Duren Sawit gencarkan edukasi publik pentingnya kesehatan jiwa
Salah satu lokasi kunjungan yang menjadi fokus utama adalah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya.
Kepala Seksi P2PTM Dinkes Kaltim Ika Gladies mengatakan bahwa Jawa Timur dipilih sebagai lokasi studi tiru karena memiliki dua rumah sakit jiwa terkemuka, yaitu RSJ Menur dan RSJ Lawang. RSJ Menur menyediakan layanan komprehensif, termasuk rawat inap, rawat jalan, dan rehabilitasi.
Selain RSJ Menur, RSUD dr Sutomo Surabaya juga turut menjadi bagian dari kunjungan ini. RSUD dr Sutomo, sebagai rumah sakit umum daerah, juga memberikan layanan kesehatan jiwa yang mencakup rawat jalan, rawat inap, dan rehabilitasi.Kepala Seksi P2PTM Dinkes Kaltim Ika Gladies mengatakan bahwa Jawa Timur dipilih sebagai lokasi studi tiru karena memiliki dua rumah sakit jiwa terkemuka, yaitu RSJ Menur dan RSJ Lawang. RSJ Menur menyediakan layanan komprehensif, termasuk rawat inap, rawat jalan, dan rehabilitasi.
Bahkan, RSUD dr Sutomo memiliki program Back to Our Home yang berfungsi sebagai rumah sakit rujukan tersier dan menyangga pelayanan rujukan, termasuk kesehatan jiwa. Program ini memungkinkan penanganan ODGJ, termasuk rawat inap, sebelum mereka dirujuk ke RSJ Menur.
Baca juga: Dinkes Semarang ungkap temuan 445 kasus depresi
Menurut dia, masalah kesehatan jiwa yang kompleks di Kalimantan Timur menjadi alasan utama mengapa program ini menjadi fokus perhatian. Stigma, labelisasi, dan penolakan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) masih tinggi.
Selain itu, kasus gangguan mental emosional, depresi, dan bunuh diri juga terus meningkat, terutama sejak pandemi COVID-19.Baca juga: Dinkes Semarang ungkap temuan 445 kasus depresi
Menurut dia, masalah kesehatan jiwa yang kompleks di Kalimantan Timur menjadi alasan utama mengapa program ini menjadi fokus perhatian. Stigma, labelisasi, dan penolakan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) masih tinggi.
"Kondisi ini menuntut langkah nyata dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur agar masalah kesehatan jiwa tidak menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak," ujar Ika Gladies.
Selama kunjungan ke RSJ Menur, Rika Sovia, salah satu dokter subkoordinator rawat inap dan insentif, mengatakan bahwa rata-rata pasien rawat jalan di RSJ Menur mencapai 50-200 orang per hari.
Baca juga: Pemprov Babel luncurkan "SIHAWA" tingkatkan kesehatan jiwa tekan ODGJ
"Sedangkan pasien rawat inap anak-anak sebanyak 12 orang dan dewasa putri sebanyak 52 orang. Kapasitas rumah sakit mencapai 60 tempat tidur, dengan 44 tempat tidur khusus untuk pasien rehabilitasi napza," katanya.Baca juga: Pemprov Babel luncurkan "SIHAWA" tingkatkan kesehatan jiwa tekan ODGJ