Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengemukakan, pengasuhan yang setara dapat mengurangi beban ganda perempuan di dalam rumah tangga.

“Kalau kita bicara masyarakat kelas menengah di mana mereka dituntut harus bekerja dua-duanya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga, yang kemudian terjadi adalah beban ganda bagi para perempuan karena perempuan juga tetap dibebankan pada urusan domestik. Maka, yang sedang kami dorong adalah bagaimana kesetaraan di dalam membangun keluarga, di mana dalam pengasuhan, laki-laki dan perempuan harus sama-sama mengasuh anak,” katanya di ANTARA Heritage Center, Jakarta, Senin.

Menurut dia, peran ayah sangat penting untuk menguatkan dari sisi psikologis anak guna mendukung pengasuhan berkualitas sejak dini.

“Jadi membangun karakter dan perilaku positif itu harus dibangun dari 0 sampai 6 tahun, yang selama ini kita sebut sebagai pengembangan anak usia dini holistik integratif, karena di situlah masa di mana pertumbuhan otak manusia itu sangat pesat, mengingat otak di usia 0 sampai 3 tahun itu tumbuh 75 persen, lima tahun itu 90 persen, jadi kalau kita salah mendidik, itu tertancapnya luar biasa,” ujar dia.

Ia mengemukakan, selama ini pemerintah terus mengupayakan penguatan-penguatan kepada keluarga tanpa ada kesan terlalu mengintervensi.

“Karena itu merupakan ranah privasi dari keluarga masing-masing. Jadi, memang luar biasa sulit kalau kita bicara untuk membangun keluarga ini karena faktor-faktor yang memengaruhinya sangat luar biasa. Ini baru kita bicara dari sosial budaya, belum lagi kalau kita bicara soal ekonomi,” ucapnya.

Woro melanjutkan, dari segi ekonomi Kemenko PMK tengah mengembangkan program care ekonomi untuk memastikan perempuan terus didukung melalui fasilitas-fasilitas yang memadai agar tetap produktif dan turut berkontribusi dalam peningkatan ekonomi keluarga.

“Kalau kita bicara care ekonomi itu terutama untuk keluarga-keluarga guna memastikan produktivitas ekonomi dari perempuan. Jadi, supaya perempuan bisa produktif kan kita harus memberikan mereka layanan, fasilitas, termasuk kebijakan-kebijakan yang memungkinkan perempuan itu bekerja secara aman dan nyaman, termasuk transportasi publik harus aman dan nyaman, jangan sampai terjadi pelecehan seksual,” paparnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menyediakan tempat penitipan anak dengan standar yang layak dan kebijakan tepat untuk menghindari terjadinya kekerasan.

“Termasuk ruang laktasi, kebijakan paternal atau maternal leave (cuti setelah melahirkan), dan segala macam. Itu adalah kebijakan-kebijakan yang harusnya kita kuatkan kalau kita mau bicara tentang ekonomi keluarga, artinya kalau kedua orang tua harus bekerja kita harus menyediakan itu, termasuk penyediaan daycare di mana setiap lembaga tentu punya daycare ini, maka dari itu standardisasi itu menjadi satu hal yang penting, termasuk kapasitas petugas-petugasnya,” ucap Woro.

Ia menegaskan, kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah untuk peningkatan kualitas keluarga tidak menyasar ranah privasi, tetapi lebih kepada kebijakan-kebijakan untuk mendukung keluarga agar orang-orang di dalamnya bisa lebih produktif dan berkualitas.

Baca juga: Sosiolog UI paparkan peran pola asuh perempuan wujudkan Generasi Emas
Baca juga: Alyssa Soebandono bagikan kiat jalani peran ganda perempuan