Jakarta (ANTARA) - Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan optimis kinerja industri asuransi umum akan tetap stabil di tengah transisi ke pemerintahan baru pada akhir tahun ini.

Sebagaimana diketahui, Indonesia akan menjalani proses transisi ke pemerintahan baru dari Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo- Ma’ruf Amin ke Prabowo Subianto- Gibran Rakabuming pada 20 Oktober 2024 mendatang.

“Kami di asuransi umum khususnya, masih tetap optimis melihat pemerintahan baru ini. Walaupun kalau dianggap berat ya berat,” ujar Budi dalam konferensi pers AAUI di Jakarta, Senin.

Di tengah transisi pemerintahan baru, Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik & Riset Trinita Situmeang menyampaikan bahwa sektor infrastruktur tetap akan bertumbuh dan akan mempengaruhi segmen asuransi yang berhubungan dengan sektor tersebut.

Baca juga: Premi asuransi umum naik 18,4 persen jadi Rp57,9 triliun di semester I

Selain itu, lanjutnya, sektor- sektor yang berhubungan dengan konsumsi masyarakat akan bertumbuh di tengah transisi pemerintahan baru.

“Walaupun PMI (Indeks Manufaktur) kita kelihatan sekarang masih belum melonjak cukup baik, tapi manufacturing index kita akan naik dan juga sektor konsumsi,” ujar Trinita.

Ia melanjutkan, sektor- sektor penunjang lainnya yang akan bertumbuh di tengah transisi pemerintahan baru, diantaranya sektor pergudangan, logistik, hingga sektor jasa lainnya.

“Kemudian ada lagi sektor yang berhubungan dengan bisnis-bisnis penunjang seperti pergudangan dan logistik. Kemudian kita lihat lagi sektor-sektor yang berhubungan dengan jasa-jasa lainnya, misalnya wisata,” ujar Trinita.

Ia optimis peningkatan sektor- sektor tersebut akan berdampak terhadap peningkatan daya serap dari industri asuransi dan reasuransi nasional, sehingga ke depan juga akan berdampak terhadap densitas level dari perusahaan asuransi.

Baca juga: AAJI-AAUI pastikan PSAK 117 bawa transparansi berkualitas

Pada semester I-2024, AAUI melaporkan premi dari industri asuransi umum nasional tumbuh 18,4 persen year on year (yoy) menjadi senilai Rp57,9 triliun, dibandingkan senilai Rp42,83 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, kewajiban pembayaran klaim tercatat tumbuh 12,1 persen (yoy) menjadi senilai Rp22,5 triliun pada semester I-2024, dibandingkan senilai Rp20,1 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.