Bengkulu (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengajak semua elemen masyarakat untuk mengukuhkan kembali pengertian dan kesadaran mengenai makna Pancasila sekaligus memberi arti peringatan dasar negara itu bagi bangsa Indonesia.

"Dari waktu ke waktu sangat perlu menyisihkan waktu untuk merenung sejenak dan mengingatkan kembali dirinya akan makna ikrar akbar yang melahirkan bangsa ini," kata Wapres Boediono saat memberikan sambutan dalam memperingati hari lahirnya Pancasila di Bengkulu, Minggu.

Hadir dalam acara itu, antara lain Ibu Herawati Boediono, Ketua MPR Sidarto Danusubroto, Ketua DPD Irman Gusman, Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah, serta Puan Maharani yang datang mewakili keluarga besar Soekarno.

Menurut Wapres Boediono, bangsa Indonesia sangat memahami bahwa lunturnya kesadaran bersatu dalam kemajemukan bisa berakibat fatal bagi eksistensi bangsa.

Wapres menegaskan, perlu untuk menyisihkan waktu merenung makna ikrar akbar yang melahirkan bangsa ini.

Bangsa kepulauan Indonesia, menurut Wapres, sejak lahirnya sangat menyadari adanya keberagaman adat, budaya, sukubangsa dan agama, juga sangat menyadari bahwa eksistensinya ditentukan oleh apakah semua pihak mematuhi kesepakatan akbar tadi.

"Bangsa ini juga sadar bahwa dengan berjalannya waktu, dengan bergantinya generasi, kesadaran itu bisa meluntur," kata Wapres Boediono.

Puan Maharani dalam sambutannya menyampaikan bahwa penyelenggaraan pidato Bung Karno 1 Juni 1945 telah memberikan sumbangsih besar kepada bangsa dan negara, khususnya nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dari ideologi bangsa kita.

"Kami dan segenap bangsa Indonesia tentunya berharap akan terus dilakukan oleh Pimpinan MPR periode selanjutnya," katanya Puan.

Dikatakannya bahwa 1 Juni 1945 adalah peristiwa bersejarah, yakni untuk pertama kalinya Bung Karno menyampaikan pidatonya di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan menyampaikan gagasan besarnya tentang Pancasila.

"Pidato yang disampaikan tanpa teks itu diterima secara aklamasi," ujar Puan.

Rumusan Pancasila yang berasal dari pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan rumusan final 18 Agustus 1945 merupakan satu kesatuan proses dalam satu kesatuan pemikiran pendiri bangsa tentang Pancasila.

Dia mengingatkan bahwa pengakuan terhadap Pancasila 1 Juni 1945 bukanlah terletak pada urutan-urutan Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, tetapi pengakuannya justru terletak pada filsafat dasar sila-sila Pancasila. (*)