Pengembangan energi terbarukan diarahkan ke hidro
31 Mei 2014 21:59 WIB
ilustrasi Foto dari udara PLTU Paiton Probolinggo, Senin (12/5). PLTU 2 Jatim Paiton Unit 9 yang berkapasitas 1x660 MW, bersama dengan tiga PLTU (PLTU 1 Jatim Pacitan, PLTU 3 Banten Lontar dan PLTU 1 Jateng Rembang) dengan total kapasitas 2.550 Megawatt (MW), sangat strategis untuk memperkuat pasokan listrik di sistem kelistrikan interkoneksi Jawa-Bali, sesuai dengan permintaan listrik di Jawa-Bali 7% per tahun diperlukan tambahan kapasitas pembangkit minimal 1.500-2.000 MW per tahunnya. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai mengarahkan pengembangan energi terbarukan hidro dengan memanfaatkan aliran-aliran sungai besar di Tanah Air.
"Hidro yang mau didorong setelah ini, karena potensinya besar dan 24 jam. Sehingga ini firm capasity, bukan seperti tenaga surya yang hanya substitusi hanya empat jam peak-nya," kata Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Alihudin Sitompul di Jakarta, Sabtu.
Sumber energi hidro yang begitu besar selama ini, menurut dia, belum seluruhnya tergarap maksimal dan hanya terbuang begitu saja.
"Selama ini air-air hanya terbuang, bisa dibayangkan berapa mega watt energi terbuang ke laut. Kapuas, Barito, Musi, kalau untuk PLTA kan bisa dibendung, dimanfaatkan," ujar dia.
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan energi hidro, menurut dia, dapat dibangun lebih cepat dibandingkan membangun pembangkit-pembangkit lain.
"Katakan kita bangun empat megawatt PLTA, hanya butuh enam bulan selesai. Tapi kalau satu megawatt PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), butuh waktu paling tidak dua tahun," ujar dia.
Dalam beberapa tahun terakhir Kementerian ESDM, kata Alihudin, telah memantau lokasi-lokasi yang tepat dibangun pembangkit listrik dengan energi terbarukan ini. Lokasi yang memang membutuhkan energi besar.
Daerah, menurut dia, juga perlu didorong untuk mulai memikirkan pemenuhan energinya secara mandiri. Pemerintah Daerah (Pemda) dapat menenderkan sendiri proyek pembangunan pembangkit bertenaga hidro ini agar mandiri.
"Tapi itu semua tergantung Pemdanya, mau tidak berinvestasi untuk mengembangkan wilayahnya," ucap Alihudin.
(V002/C004)
"Hidro yang mau didorong setelah ini, karena potensinya besar dan 24 jam. Sehingga ini firm capasity, bukan seperti tenaga surya yang hanya substitusi hanya empat jam peak-nya," kata Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Alihudin Sitompul di Jakarta, Sabtu.
Sumber energi hidro yang begitu besar selama ini, menurut dia, belum seluruhnya tergarap maksimal dan hanya terbuang begitu saja.
"Selama ini air-air hanya terbuang, bisa dibayangkan berapa mega watt energi terbuang ke laut. Kapuas, Barito, Musi, kalau untuk PLTA kan bisa dibendung, dimanfaatkan," ujar dia.
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan energi hidro, menurut dia, dapat dibangun lebih cepat dibandingkan membangun pembangkit-pembangkit lain.
"Katakan kita bangun empat megawatt PLTA, hanya butuh enam bulan selesai. Tapi kalau satu megawatt PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), butuh waktu paling tidak dua tahun," ujar dia.
Dalam beberapa tahun terakhir Kementerian ESDM, kata Alihudin, telah memantau lokasi-lokasi yang tepat dibangun pembangkit listrik dengan energi terbarukan ini. Lokasi yang memang membutuhkan energi besar.
Daerah, menurut dia, juga perlu didorong untuk mulai memikirkan pemenuhan energinya secara mandiri. Pemerintah Daerah (Pemda) dapat menenderkan sendiri proyek pembangunan pembangkit bertenaga hidro ini agar mandiri.
"Tapi itu semua tergantung Pemdanya, mau tidak berinvestasi untuk mengembangkan wilayahnya," ucap Alihudin.
(V002/C004)
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: