Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PMRB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mikka Wildha Nurrochsyam menjelaskan terdapat ajaran moral mengenai pemimpin yang baik dalam kisah pewayangan Kresna Duta yang dibawakan Ki Nartosabdo.

Ia mengatakan pesan tersebut disampaikan dalam jejer atau adegan pertama pada bagian janturan yang menggambarkan visualisasi terhadap suasana dan tokoh wayang dalam cerita.

Baca juga: Penampilan "Kresna Duta" Pukau Masyarakat Rusia

"Ajaran moral dalam wayang itu ditampilkan dalam jejer pertama atau struktur pergelaran wayang yang tetap dan lakon apa saja itu mesti menggunakan janturan. Dalam janturan pertama terdapat konsep bagaimana pemimpin yang baik itu," katanya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin.

Ia menuturkan dalam janturan lakon Kresna Duta, pemimpin yang baik tidak pernah menggunakan kekerasan bersenjata atau peperangan, tetapi lebih mengutamakan keutamaan moral. Keutamaan moral sang pemimpin pada akhirnya dapat membuat negara-negara lain terpesona dan tunduk kepadanya.

"Negara-negara yang besar itu banyak tunduk bukan karena ditaklukkan oleh kekerasan senjata, tapi negara-negara besar itu tunduk karena terpesona oleh keutamaan sang raja," ujarnya.

Selain itu, kisah Kresna Duta juga mengajarkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan kemanfaatan bagi umat manusia dengan selalu berbuat kebajikan kepada rakyatnya secara tulus dan ikhlas.

Baca juga: Gus Yahya sebut permintaan maaf Jokowi tunjukkan pemimpin yang baik

Baca juga: Megawati imbau masyarakat pilih pemimpin baik seperti Jokowi


"Ibarat memberikan payung kepada orang yang kehujanan, memberikan atap bagi orang yang kepanasan, memberikan tongkat bagi yang tidak bisa berjalan, memberikan makanan kepada orang yang kelaparan, memberikan air bagi yang kehausan," kata Mikka menyadur janturan lakon Kresna Duta dari dalang Ki Nartosabdo.

Kisah pewayangan Kresna Duta menceritakan tokoh Kresna menjadi Duta Pandawa yang memiliki tujuan untuk mengklaim pengembalian hak Pandawa atas Kerajaan Astina dan Indraprasta yang dikuasai Duryudana secara tidak sah.