Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan Institut Hijau Indonesia melaksanakan Youth Conservation Camp di Taman Nasional Kepulauan Seribu diikuti 60 orang pemuda mendorong kepedulian terkait konservasi dan perubahan iklim.

"Harapannya adalah bahwa apa yang adik-adik terima hari ini, yang dipahami tentang konservasi itu yang kami harapkan dapat dibawa ke dunia adik-adik nanti," kata Kasubdit Kemitraan Konservasi, Bina Daerah Penyangga dan Bina Cinta Alam Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) dalam pembukaan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin.

Youth Conservation Camp sendiri merupakan bagian dari Youth Conservation Fest 2024 yang diikuti 60 peserta dari Green Leadership Indonesia (GLI), dan merupakan inisiatif untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mencapai visi hidup harmonis dengan alam sesuai dengan kesepakatan Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (KM-GBF) yang dihasilkan di COP15 pada 2022.

Irfan juga menyoroti peran generasi muda dalam menghadapi tiga krisis planet atau triple planetary crisis yaitu perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati.

Ketiga isu secara simbolis diwujudkan dalam kegiatan hari ini yaitu penanaman mangrove, serta menilik pengelolaan sampah dan penangkaran penyu di Pulau Pramuka, yang masuk dalam bagian Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sub Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Dukungan Masyarakat BRGM Yuyus Afrianto menyampaikan, penanaman mangrove penting dilakukan mengingat perannya dalam penanganan perubahan iklim karena kemampuannya menyimpan karbon.

"Saya rasa Kepulauan Seribu terutama Pulau Pramuka sangat cocok untuk menanggulangi triple planetary crisis untuk mengenalkan anak-anak muda bahwa mangrove sangat penting untuk menyerap karbon dan mengatasi krisis iklim," jelasnya.