Jakarta (ANTARA) -
Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah Jakarta mendampingi Nelayan Kampak Indah, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, membangun kilang ubur-ubur multifungsi agar bisa berproduksi di luar musim tangkap.
"Kilang tersebut tetap dapat difungsikan walaupun musim ubur-ubur telah berakhir, " kata Endang Rudiatin, Ketua Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadyah Jakarta dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Ahad.
Ia menjelaskan, peneliti PSPP UMJ menemukan inovasi agar nelayan dapat tetap berproduksi sepanjang tahun dengan membuat prototipe kilang multifungsi yang kemudian dibangun pada November 2023 dan selesai pada September 2024.
Menurut dia, musim ubur-ubur setiap tahun berlangsung dari Maret hingga Mei dan setelah itu biasanya kilang ubur-ubur terbengkalai, tidak ada kegiatan operasional usaha.

Baca juga: Menteri PUPR: Rusun mahasiswa UMJ bermanfaat untuk proses pendidikan

Baca juga: UINSU-UMJ lakukan kerja sama pengembangan pendidikan kesehatan
Pembangunan kilang itu, menurut Endang, memakan waktu agak lama sebab perlu melakukan beberapa penyesuaian lapangan terkait dengan ketersediaan material dan tukang serta datangnya musim ubur-ubur pada bulan Ramadhan dan Hari Raya.
“Inovasi kilang multifungsi bagi nelayan Kampak ini merupakan bagian dari proyek percontohan Desa Berdikari di kawasan pesisir 3T Bank Indonesia,” katanya.
PSPP sebagai pelaksana proyek bersama Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia melakukan monitoring dan evaluasi (monev) pada Jumat 26 September 2024.
Hasil monev menyepakati untuk melanjutkan ke tahap pendampingan teknis tentang penggunaan, pemanfaatan dan perawatan kilang, serta pendampingan SDM meliputi manajemen dan kelembagaan.

Para nelayan yang mendapat kilang multifungsi tersebut tergabung dalam Unit Usaha Paloh Koperasi Pesisir Surya Samudera yang mendapatkan legalitas 22 Agustus 2024 setelah berjalan sejak Februari 2024.

Dengan keberadaan Unit Usaha Koperasi ini diharapkan para nelayan lebih terorganisasi dalam berproduksi, pemasaran maupun dalam bertransaksi.
Selanjutnya PSPP UMJ bersama DEKS BI telah menyusun program pendampingan dengan materi-materi berwirausaha, manajemen keuangan, produksi dan pemasaran.

Tim monev kilang multifungsi terdiri atas Rafdison Akbar, Teki Sinatra dari DEKS BI, Trisna dari Kantor Wilayah BI Kalimantan Barat, Endang Rudiatin, Amin Thohari dan Wibowo dari PSPP UMJ, juga Camat Budiono Susanto dan Kepala Desa Irpan Riyadi, wakil pengurus daerah Muhammadiyah Sambas, Munadi dan Isnul.

Teki Sinatria yang mewakili DEKS BI, berjanji akan terus memonitor perkembangan pesisir desa Sebubus dan bersama Endang Rudiatin dan tim PSPP bersepakat ke depan untuk menguatkan kelembagaan koperasi, sosialisasi zakat, infaq dan wakaf agar lebih produktif, memikirkan pemasaran, sarana dan prasarana pendukung produksi.

Pada bagian lain, Nedi Jaini, ketua kelompok nelayan berterima kasih kepada PSPP atas pendampingan selama dua tahun dan juga kepada Bank Indonesia.

"Kami berharap BI tidak berhenti sampai di sini. Pembangunan kilang bagi nelayan memberikan semangat karena setidaknya tidak bergantung lagi dalam berproduksi," ujar Nedi.*