Jakarta (ANTARA) - Integritas adalah elemen penting dalam membangun personal branding atau citra diri pada era digital, kata Kepala Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yuyuk Andriati Iskak.

Yuyuk Andriati Iskak menekankan citra diri yang kuat tidak hanya tercermin berdasarkan keterampilan, tetapi juga tercermin melalui nilai dan etika yang dijunjung tinggi. Hal itu menjadi tema diskusi dalam kegiatan KPK bertajuk INSIGHT ImaginAction di Malang, Jawa Timur, Sabtu (28/9).

"Attitude adalah bagian dari integritas. Personal branding yang kuat selalu berlandaskan pada nilai-nilai positif yang kita tonjolkan," kata Yuyuk dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.

Yuyuk mengatakan bahwa acara INSIGHT ImaginAction merupakan bagian dari rangkaian kegiatan KPK menuju peringatan Hari Antikorupsi Sedunia. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai integritas di kalangan generasi muda.

Program itu, kata dia, juga mengajak generasi milenial dan generasi Z untuk berperan aktif dalam membangun bangsa yang bebas dari korupsi.

Baca juga: SMK Telkom ajarkan 480 anak "personal branding" dengan S.id
Baca juga: Sekjen MPR: Pustakawan harus punya "personal branding" agar dikenali
Kegiatan itu diisi oleh musisi Barsena Bestandhi dan konten kreator Roofi Anggara yang membahas pentingnya membangun personal branding autentik pada era digital dengan tetap menjaga integritas dan nilai-nilai kejujuran.

Barsena yang terlibat dalam pembuatan lagu Biasakan yang Benar mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi para kreator saat adalah tuntutan komersial.

Ia mengingatkan akan pentingnya menjaga orisinalitas dan tidak tergoda untuk mengikuti pasar secara berlebihan.
"Terkadang, mengikuti keinginan pasar bisa membuat kita kehilangan jati diri. Saat itu terjadi, kita menjadi fake, dan itu sangat menyakitkan," kata Barsena.

Sementara itu, Roofi Anggara menilai dunia digital memiliki peluang besar untuk generasi muda, khususnya generasi Z, dalam membangun karier melalui platform media sosial dan kecerdasan buatan (AI).

Namun, dia menekankan bahwa teknologi saja tidak cukup. Hal ini mengingat mentalitas dan aksi nyata menjadi kunci keberhasilan.

"Banyak dari kita yang punya rencana besar, tetapi sering kali lupa untuk bertindak. Padahal, aksi adalah kunci untuk mewujudkan semua rencana tersebut," kata Roofi.