New York (ANTARA) - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Jumat (28/9) menyerukan jalan menuju diplomasi saat Israel meningkatkan serangannya di Lebanon.

Blinken kepada wartawan dalam konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, juga memperingatkan baik Israel maupun Hizbullah untuk "berhenti saling tembak."

"Hal terpenting yang dapat dilakukan melalui diplomasi adalah mencoba terlebih dahulu menghentikan tembak-menembak di kedua pihak, dan kemudian menggunakan waktu dari gencatan senjata itu untuk melihat apakah kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik yang lebih luas," kata Blinken.

"Jalan menuju diplomasi mungkin tampak sulit dilihat saat ini, tetapi itu ada, dan menurut penilaian kami, itu sangat diperlukan. Kami akan terus bekerja keras dengan semua pihak untuk mendesak mereka memilih jalur tersebut," tambahnya.

Blinken menggambarkan eskalasi terbaru di Timur Tengah sebagai "momen genting," dan menekankan bahwa "Keputusan yang diambil semua pihak dalam beberapa hari mendatang akan menentukan arah wilayah ini, dengan konsekuensi besar bagi rakyatnya saat ini dan mungkin selama bertahun-tahun ke depan."

Dia menekankan bahwa salah satu jalannya adalah melakukan diplomasi dan mencapai gencatan senjata di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, sementara jalur lainnya mengarah pada lebih banyak konflik, kekerasan, penderitaan, serta ketidakstabilan dan ketidakamanan yang lebih besar.

Blinken juga menyatakan bahwa AS akan mengambil setiap langkah untuk melindungi personel dan kepentingan Amerika di wilayah tersebut.

Ia menegaskan kembali posisi pemerintahan Biden bahwa AS masih mengumpulkan informasi terkait serangan militer Israel baru-baru ini di Beirut bagian selatan pada Jumat.

Israel telah menghantam Lebanon sejak Senin (23/9) pagi, menewaskan lebih dari 700 orang dan melukai hampir 2.200 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Lebanon.

Kementerian tersebut juga menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di Lebanon sejak Oktober tahun lalu telah mencapai 1.540 orang, dan lebih dari 77.000 orang telah mengungsi dari wilayah selatan dan timur negara itu.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Sumber: Anadolu

Baca juga: AS: Tak ada terobosan dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Hamas: Serangan Israel ke sekolah Gaza kejahatan perang kedok AS
Baca juga: Kelompok HAM: Israel serang zona aman kemanusiaan Gaza dengan bom AS