366 helai batik jadi koleksi museum antropologi terbesar di Austria
28 September 2024 15:14 WIB
Bincang-bincang wastra khususnya batik yang menjadi koleksi di Weltmuseum Wien dengan berbagai narasumber, yang berlangsung di Museum Tekstil Jakarta pada Sabtu (28/9/2024). (ANTARA/HO/Himpunan Wastraprema)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 366 helai batik Indonesia menjadi salah satu koleksi museum Antropologi terbesar di Austria Weltmuseum di kota Wina.
Museum yang didirikan tahun 1876 ini terletak di Istana Hofburg dan menyimpan lebih dari 400 ribu obyek etnografi dan arkeologi dari Asia, Afrika, Oceania dan Amerika.
Ratusan koleksi batik baik berupa sarung maupun kain panjang yang disimpan di museum tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Cirebon,Yogyakarta, Solo dan beberapa daerah di Jawa Tengah lainnya.
Menurut siaran pers yang diterima ANTARA, Sabtu, koleksi batik ini diperoleh melalui ekspedisi ke Jawa, pemberian dari Sri Sultan Hamengkubuwono dan berbagai hadiah yang diberikan kepada museum ini. Koleksi batik tertua diperoleh pada tahun 1838.
Baca juga: Masyarakat Austria antusias belajar membatik
Baca juga: Mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri lewat Batik Challenge
Perwakilan museum Weltmuseum Wina Dr Jonathan Fine merasa kagum dan sangat menghargai proses pembuatan batik yang penuh dengan makna filosofi.
“Karena itu lah sudah sepatutnya Museum Wina mengoleksinya, sehingga dunia akan melihat karya yang indah,” kata dia.
Ke depan, Fine berharap agar berbagai kerjasama dengan Himpunan Wastraprema dapat lebih ditingkatkan, dan tidak hanya dalam koleksi batik namun berbagai wastra yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar mengatakan banyaknya benda bersejarah di antaranya batik yang berada di museum luar negeri menjadi kebanggaan tersendiri.
Sebab, dengan begitu masyarakat dunia dapat mengenal Indonesia dari koleksi-koleksi yang dipamerkan di museum tersebut.
Neneng menyebut batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO, dan selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi komunitas Internasional. Karena itu sejalan dengan visi dan misi dari Wastraprema untuk terus melestarikan wastra Indonesia termasuk batik.
Lebih lanjut, Himpunan Wastraprema dalam rangkaian memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang mengadakan bincang-bincang wastra khususnya batik yang menjadi koleksi di Weltmuseum Wien dengan berbagai narasumber, yang berlangsung di Museum Tekstil Jakarta pada Sabtu (28/9). Acara tersebut turut dihadiri Duta Besar Austria untuk Indonesia DR. Thomas loidl.
Baca juga: Diaspora: Batik pembeda WNI dengan warga asing lain di luar negeri
Baca juga: Platform daring dinilai penting untuk pasarkan batik di luar negeri
Museum yang didirikan tahun 1876 ini terletak di Istana Hofburg dan menyimpan lebih dari 400 ribu obyek etnografi dan arkeologi dari Asia, Afrika, Oceania dan Amerika.
Ratusan koleksi batik baik berupa sarung maupun kain panjang yang disimpan di museum tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Cirebon,Yogyakarta, Solo dan beberapa daerah di Jawa Tengah lainnya.
Menurut siaran pers yang diterima ANTARA, Sabtu, koleksi batik ini diperoleh melalui ekspedisi ke Jawa, pemberian dari Sri Sultan Hamengkubuwono dan berbagai hadiah yang diberikan kepada museum ini. Koleksi batik tertua diperoleh pada tahun 1838.
Baca juga: Masyarakat Austria antusias belajar membatik
Baca juga: Mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri lewat Batik Challenge
Perwakilan museum Weltmuseum Wina Dr Jonathan Fine merasa kagum dan sangat menghargai proses pembuatan batik yang penuh dengan makna filosofi.
“Karena itu lah sudah sepatutnya Museum Wina mengoleksinya, sehingga dunia akan melihat karya yang indah,” kata dia.
Ke depan, Fine berharap agar berbagai kerjasama dengan Himpunan Wastraprema dapat lebih ditingkatkan, dan tidak hanya dalam koleksi batik namun berbagai wastra yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar mengatakan banyaknya benda bersejarah di antaranya batik yang berada di museum luar negeri menjadi kebanggaan tersendiri.
Sebab, dengan begitu masyarakat dunia dapat mengenal Indonesia dari koleksi-koleksi yang dipamerkan di museum tersebut.
Neneng menyebut batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO, dan selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi komunitas Internasional. Karena itu sejalan dengan visi dan misi dari Wastraprema untuk terus melestarikan wastra Indonesia termasuk batik.
Lebih lanjut, Himpunan Wastraprema dalam rangkaian memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang mengadakan bincang-bincang wastra khususnya batik yang menjadi koleksi di Weltmuseum Wien dengan berbagai narasumber, yang berlangsung di Museum Tekstil Jakarta pada Sabtu (28/9). Acara tersebut turut dihadiri Duta Besar Austria untuk Indonesia DR. Thomas loidl.
Baca juga: Diaspora: Batik pembeda WNI dengan warga asing lain di luar negeri
Baca juga: Platform daring dinilai penting untuk pasarkan batik di luar negeri
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: