Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI Popong Otje Djunjunan menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih memarjinalkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) padahal jenjang pendidikan ini anak berada pada usia emas, sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius.
"PAUD itu satuan pendidikan paling penting, karena anak-anak PAUD sedang berada dalam usia emas. Di sanalah anak-anak apakah akan menjadi sarjana, atau menjadi durjana. Itulah letak pentingnya PAUD, namun PAUD masih dimarjinalkan, dan kita masih mengutamakan pendidikan tinggi," ujar Popong, dalam laman DPRD yang dikutip, Rabu.
Popong, saat rapat kerja dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M.Nuh, di Jakarta, menilai, justru pendidikan tinggi itu tidak terlalu berat, karena yang ditekankan adalah ilmu pengetahuan. Selain itu jika anak sudah menjadi mahasiswa, sudah sulit diubah budi pekertinya.
"Tenaga pendidik di PAUD juga harus betul-betul profesional. PAUD saat ini, masih terkesan asal-asalan, jadi rusak anak-anak itu," kata Popong.
Apalagi, kasus yang terjadi di Jakarta International School juga menimpa siswa PAUD, sehingga makin mengesankan PAUD masih dipandang sebelah mata.
"PAUD JIS syukur sudah ditutup. Dia sudah melanggar dua Undang-undang, yaitu UU Sistem Pendidikan Nasional dan UU Perlindungan Anak. Itu sudah berlangsung sejak 1998. Bayangkan, sudah berapa lama itu terjadi," tegas Popong.
PAUD dinilai masih dimarjinalkan
28 Mei 2014 18:37 WIB
Ilustrasi. Aktivitas belajar mengajar di Pendidikan Usia Dini (PAUD) Rumah Apung, Kapuk, Jakarta Barat.(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: