Semarang (ANTARA) - Peneliti Kanigoro Network Joko Kanigoro menilai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen bisa mengancam dominasi PDI Perjuangan di provinsi yang dikenal sebagai kandang banteng tersebut.

"Kalau nanti kemudian hingga akhir Pilkada trennya Ahmad Luthfi dan Gus Yasin naik, ini menjadi ancaman serius bagi PDIP yang notabenenya Jateng ini diklaim PDIP sebagai kandang banteng," katanya, di Semarang, Jumat.

Hal itu disampaikannya pada focus group discussion (FGD) yang digelar Forum Media Online Kota Semarang (Fomos) dengan tema "Membaca Peta Politik Pilgub Jawa Tengah 2024; Seberapa Besar Peluang Masing-masing Paslon?", di Rumah Popo Kawasan Kota Lama Semarang, Jumat.

Pilkada Jateng 2024 diikuti dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yakni Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Hendi) di nomor urut satu, dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) di nomor urut dua.

Joko memaparkan hasil survei terbarunya yang dilakukan pada 1 hingga 6 September 2024 yang menunjukkan, elektabilitas Luthfi-Yasin sebesar 45,2 persen, atau unggul tipis dari pasangan Andika-Hendi di angka 37,7 persen, dan masih ada 17,1 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.

Survei tersebut dilakukan secara tatap muka melalui teknik pengambilan "simple random sampling" pada sebanyak 1.600 responden yang dijadikan sampel dengan sebaran 35 kabupaten/kota dengan tingkat "margin of error" lebih kurang 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Menurut dia, elektabilitas Luthfi-Yasin lebih unggul karena dipengaruhi dukungan koalisi gemuk serta sosialisasi yang lebih lama dibanding Andika-Hendi.

Jika tren itu bertahan, lanjut dia, maka Luthfi-Yasin menjadi ancaman serius bagi dominasi PDIP di Jateng yang selama ini dikenal sebagai kandang banteng.

Bahkan, Joko mengatakan jika elektabilitas Luthfi-Yasin konsisten hingga memasuki pemungutan suara, bukan tidak mungkin mereka keluar sebagai pemenang.

Meski demikian, ia yakin bahwa PDIP juga akan melakukan perlawanan serius dan berusaha mempertahankan kandang banteng.

"Saya kira kalau konsisten di akhir Pemilu ini, prediksi saya kemenangan Luthfi-Yasin sekitar lima persen, tidak lebih dari lima persen. Saya kira kalau untuk menang tebal agak susah, tapi kalau potensi kemenangan ada di Luthfi-Yasin," katanya.

Pengamat politik UIN Walisongo Semarang M. Kholidul Adib menilai Luthfi-Yasin unggul di atas kertas karena memiliki dukungan mayoritas partai di kursi parlemen, sedangkan Andika-Hendi yang hanya didukung PDIP dipediksi akan kewalahan.

Meski begitu, kata dia, banyaknya dukungan tidak menjadi jaminan menang dalam Pilgub Jateng kali ini, sebab ada banyak faktor penentu lainnya dalam kemenangan.

Faktor penentu lain, kata dia, seperti aspek figur atau ketokohan, mesin partai yang bekerja hingga tingkat bawah, serta program, dan gagasan yang ditawarkan.

Jika melihat komposisi pemilih, karakter pemilih di Jateng yang cenderung agamis-religius dinilai membuat Luthfi-Yasin diuntungkan.

Gus Yasin yang selama ini dikenal sebagai representasi kaum santri dinilai bisa mengambil ceruk suara dari kaum nahdliyin, tetapi PDIP juga telah mengantisipasi dengan memilih adik KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yakni Umar Wahid Hasyim sebagai Ketua Tim Pemenangan Andika-Hendi.

Sementara itu, Pengamat politik Unika Soegijapranata Andreas Pandiangan menilai Luthfi-Yasin menghadapi tantangan serius, seiring munculnya berbagai isu dan narasi yang beredar di media sosial.

Narasi perang bintang antara Rambo versus Sambo dinilai bisa mempengaruhi preferensi pemilih di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2024.

"Perang bintang menjadi 'image negatif' sebetulnya bagi Luthfi-Yasin. Namun kemudian kenapa kedua pasangan calon ini tidak adu gagasan, ini mungkin menjadi bagian dari strategi untuk meyakinkan pemilih yang mana Jateng tingkat partisipasinya cukup tinggi," ungkap Andreas.