Jakarta (ANTARA) - Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan bahwa dalam hal memberikan literasi digital di Indonesia pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menggunakan pendekatan nilai lokal agar kegiatan tersebut berjalan efektif.

"Pemerintah daerahnya perlu mempelajari apa namanya perilaku khas masyarakatnya. Kemudian apa yang dibutuhkan, kan setiap daerah berbeda-beda persoalannya sehingga tadi pendekatan untuk membangun literasinya juga harus berbasis pada kebutuhan daerah atau permasalahan daerah," kata Firman saat dihubungi ANTARA, Jumat.

Langkah tersebut dinilai perlu diambil berkaca pada laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengenai hasil pengukuran Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024 di 514 kota dan kabupaten Indonesia yang secara nasional meraih nilai 43,34 naik 0,16 dari 2023.

Baca juga: Seribuan siswa SMP Kota Magelang ikuti festival cakap digital 2024

Total nilai tersebut didapatkan sebagai hasil rata-rata dari pengukuran yang dilakukan pada empat pilar yaitu infrastruktur digital yang bernilai 52,70, lalu keterampilan digital dengan nilai 58,25, selanjutnya pemberdayaan dengan nilai 25,68, dan pekerjaan dengan nilai 38,09.

Meski terdapat peningkatan pada indeks tersebut secara keseluruhan, namun masih didapati hasil bahwa untuk pilar pemberdayaan dan pekerjaan memiliki hasil yang kurang maksimal.

Hal itu menunjukkan bahwa di daerah-daerah masih banyak literasi digital yang belum optimal terutama untuk membahas pemanfaatan digitalisasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Baca juga: Kemendikbud gandeng swasta tingkatkan literasi anak secara digital

Maka dari itu, pemerintah daerah harus bisa lebih kreatif dalam menghadirkan literasi digital yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya agar kedua indeks yang saat ini masih kurang tersebut nantinya bisa meningkat.

Firman mencontohkan langkah yang diambil di Filipina, dalam hal memajukan pariwisata lokal menurutnya pemerintah Filipina menggunakan strategi crowd community.

Strategi tersebut mengajak masyarakat lokal untuk mempromosikan sendiri bagaimana wisata yang layak untuk turis di daerah terkait menggunakan platform digital.

Baca juga: Balai Bahasa perkuat literasi digital terhadap generasi Papua

"Jadi orang yang tinggal di daerah A mempromosikan sendiri destinasi wisata di A yang memang layak, membuat bahasan itu menjadi ramai sampai akhirnya destinasi wisata itu bisa dikenal di seluruh dunia. Ini salah satu contoh ajakan pemanfaatan digital dengan berbasis kultural seperti itu," kata Firman.

Contoh lainnya yang bisa ditiru dan berasal dari dalam negeri ialah seperti yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, melalui platform media sosial mereka menciptakan konten yang biasanya memanfaatkan Bahasa Sunda yang notabene-nya adalah bahasa lokal.

Dengan kekuatan itu, tidak hanya melestarikan budaya Bahasa Sunda kepada sesama masyarakat di Bandung, mereka juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat lainnya bahkan hingga mancanegara.

Baca juga: Pemerintah utamakan ASN yang pindah ke IKN kuasai literasi digital

Firman meyakini dengan pemanfaatan nilai-nilai lokal dalam meliterasi digital masyarakat di setiap daerah secara tepat, maka nantinya indeks-indeks yang hasilnya kurang optimal dalam IMDI dapat meningkat.

"Pada akhirnya jika ditemukan cara khas yang tepat di setiap daerah untuk menggunakan digitalisasi ini maka semua akan membuat masyarakat produktif. Jangan asal contoh daerah lain sepenuhnya, karena belum tentu berhasil. Semua daerah punya kekhasan dan untuk itu perlu pendekatan yang berbeda-beda," kata Firman.

Baca juga: Sivitas akademika diajak jadi pandu digital perkuat literasi digital