Kelainan jantung janin bisa dideteksi pada trimester pertama kehamilan
27 September 2024 17:40 WIB
Ilustrasi - Pengujian teknologi medis dan kesehatan mendiagnosis gangguan jantung dan penyakit sistem kardiovaskular. ANTARA/Shutterstock/pri
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular lulusan Universitas Indonesia (UI) dr. William Makdinata, Sp.BTKV, FIATCVS menjelaskan kelainan jantung bawaan pada janin mulai bisa dideteksi pada trimester pertama kehamilan.
"Jantung ini sebenarnya di trimester pertama itu sudah mulai terbentuk dan sudah mulai berkembang. Biasanya memang beberapa kelainan yang kompleks itu baru akan kelihatan di akhir trimester pertama sampai trimester ketiga," katanya dalam sebuah diskusi daring yang dipantau secara di Jakarta, Jumat.
Apabila bayi yang telah lahir terindikasi memiliki kelainan jantung bawaan, William menganjurkan untuk segera membawanya ke dokter jantung anak. Nantinya, dokter jantung anak akan berkonsultasi dengan dokter bedah toraks kardiovaskular untuk menentukan tindakan penanganan selanjutnya, termasuk opsi operasi bedah.
Akan tetapi, ia menerangkan tidak semua kelainan jantung bawaan harus ditangani dengan langkah operasi. Untuk penyakit jantung bawaan yang tidak biru umumnya hanya menjalani kontrol dan observasi secara berkala. Sedangkan apabila penyakit jantung bawaan bersifat kompleks atau biru, perlu tindakan pembedahan.
"Pada umumnya, kelainan kompleks itu butuh tindakan pembedahan. Kalau yang simpel, penyakit tertentu itu kita bisa observasi berkala seperti PDA, kadang-kadang bisa tutup sendiri," terangnya.
Kementerian Kesehatan menyebut, menurut data perkiraan jumlah belum terlihat adanya tren peningkatan yang signifikan untuk kasus penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir.
Namun demikian, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini ada sekitar 12 ribu anak Indonesia yang mengalami kelainan jantung. Oleh karena itu, dia menambahkan, perlu adanya tindakan pertolongan segera, seperti dengan operasi jantung.
Nadia mengatakan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kelainan genetik dari kedua orang tua yang punya penyakit jantung, obat-obatan teragogenik. Selain itu, gaya hidup orang tua juga berpengaruh, seperti kebiasaan mengonsumsi obat-obatan herbal, terutama saat kehamilan.
Baca juga: Hari Jantung Sedunia momentum edukasi tentang penyakit jantung anak
Baca juga: Usia kehamilan 18-22 minggu waktu ideal untuk deteksi PJB pada janin
"Jantung ini sebenarnya di trimester pertama itu sudah mulai terbentuk dan sudah mulai berkembang. Biasanya memang beberapa kelainan yang kompleks itu baru akan kelihatan di akhir trimester pertama sampai trimester ketiga," katanya dalam sebuah diskusi daring yang dipantau secara di Jakarta, Jumat.
Apabila bayi yang telah lahir terindikasi memiliki kelainan jantung bawaan, William menganjurkan untuk segera membawanya ke dokter jantung anak. Nantinya, dokter jantung anak akan berkonsultasi dengan dokter bedah toraks kardiovaskular untuk menentukan tindakan penanganan selanjutnya, termasuk opsi operasi bedah.
Akan tetapi, ia menerangkan tidak semua kelainan jantung bawaan harus ditangani dengan langkah operasi. Untuk penyakit jantung bawaan yang tidak biru umumnya hanya menjalani kontrol dan observasi secara berkala. Sedangkan apabila penyakit jantung bawaan bersifat kompleks atau biru, perlu tindakan pembedahan.
"Pada umumnya, kelainan kompleks itu butuh tindakan pembedahan. Kalau yang simpel, penyakit tertentu itu kita bisa observasi berkala seperti PDA, kadang-kadang bisa tutup sendiri," terangnya.
Kementerian Kesehatan menyebut, menurut data perkiraan jumlah belum terlihat adanya tren peningkatan yang signifikan untuk kasus penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir.
Namun demikian, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini ada sekitar 12 ribu anak Indonesia yang mengalami kelainan jantung. Oleh karena itu, dia menambahkan, perlu adanya tindakan pertolongan segera, seperti dengan operasi jantung.
Nadia mengatakan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kelainan genetik dari kedua orang tua yang punya penyakit jantung, obat-obatan teragogenik. Selain itu, gaya hidup orang tua juga berpengaruh, seperti kebiasaan mengonsumsi obat-obatan herbal, terutama saat kehamilan.
Baca juga: Hari Jantung Sedunia momentum edukasi tentang penyakit jantung anak
Baca juga: Usia kehamilan 18-22 minggu waktu ideal untuk deteksi PJB pada janin
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: