Kemlu harapkan Uni Eropa satu semangat dengan RI selesaikan IEU-CEPA
27 September 2024 17:18 WIB
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Umar Hadi ditemui usai konferensi pers terkait Forum Bisnis Indonesia-Eropa (IEBF) 2024 di Jakarta, Jumat (27/9/2024). ANTARA/Nabil Ihsan.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Umar Hadi mengharapkan supaya Uni Eropa (EU) memiliki semangat yang sama dengan Indonesia untuk menyelesaikan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA).
Semangat tersebut, kata Umar, dapat ditunjukkan Uni Eropa dengan turut berkompromi sebagaimana yang telah dilakukan Indonesia dalam babak-babak perundingan sebelumnya.
“Rasanya, Indonesia sudah memberi konsesi begitu banyak, dan kami harapkan Uni Eropa juga punya semangat yang sama karena tujuan konsesi-konsesi tersebut supaya tercapai kompromi,” ucap Umar dalam konferensi pers Forum Bisnis Indonesia-Eropa (IEBF) 2024 di Jakarta, Jumat.
Meski tak menampik bahwa sebagai entitas berdaulat, sebuah negara ataupun asosiasi negara-negara berhak untuk membuat regulasi demi kepentingannya sendiri, Umar mengatakan bahwa regulasi tersebut hendaknya bersifat adil dan tak terlalu membebani pihak luar.
Ia menuturkan, ekspektasi supaya IEU-CEPA dapat segera rampung pun semakin besar mengingat negosiasi antara RI dan EU untuk membahas kesepakatan tersebut sudah berjalan selama bertahun-tahun, sejak 2016 dan telah mencapai babak putaran ke-19 pada tahun ini.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut salah satu alasan negosiasi IEU-CEPA berjalan tidak sesuai target adalah lantaran pihak Eropa terus menambah permintaan.
"Kita sudah banyak memenuhi permintaan, kalau nambah lagi-nambah lagi, ya tentu repot ya. Kita ingin ini IEU-CEPA selesai, tapi kan tergantung sananya juga," kata Zulkifli di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (26/9).
Zulkifli menyampaikan, Indonesia ingin segera menyelesaikan IEU-CEPA, yang semula dijadwalkan sebelum masa pemerintahan yang baru. Namun demikian, hal ini baru bisa terjadi jika kesepakatan antara dua pihak telah tercapai.
Karena itu, Indonesia telah memaparkan kepada pihak Uni Eropa bahwa perundingan IEU-CEPA tidak dapat segera diselesaikan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Senada, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan, negosiasi IEU-CEPA masih alot lantaran belum menemukan titik temu dari segi kebijakan kedua belah pihak, salah satunya terkait Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
"Ada beberapa hal terkait policy yang masih belum selesai, dalam arti kita masih mencari benar-benar titik tengah dari isu tersebut. Ini yang pasti menjadi tantangan untuk menyelesaikan kepentingan," kata Djatmiko saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/9).
Baca juga: Mendag: IEU-CEPA terkendala penambahan permintaan dari Uni Eropa
Baca juga: Airlangga sebut perundingan IEU-CEPA terhambat karena kabinet baru
Baca juga: Kemarin, semua visi-misi Prabowo masuk RAPBN hingga lanjutan IEU CEPA
Semangat tersebut, kata Umar, dapat ditunjukkan Uni Eropa dengan turut berkompromi sebagaimana yang telah dilakukan Indonesia dalam babak-babak perundingan sebelumnya.
“Rasanya, Indonesia sudah memberi konsesi begitu banyak, dan kami harapkan Uni Eropa juga punya semangat yang sama karena tujuan konsesi-konsesi tersebut supaya tercapai kompromi,” ucap Umar dalam konferensi pers Forum Bisnis Indonesia-Eropa (IEBF) 2024 di Jakarta, Jumat.
Meski tak menampik bahwa sebagai entitas berdaulat, sebuah negara ataupun asosiasi negara-negara berhak untuk membuat regulasi demi kepentingannya sendiri, Umar mengatakan bahwa regulasi tersebut hendaknya bersifat adil dan tak terlalu membebani pihak luar.
Ia menuturkan, ekspektasi supaya IEU-CEPA dapat segera rampung pun semakin besar mengingat negosiasi antara RI dan EU untuk membahas kesepakatan tersebut sudah berjalan selama bertahun-tahun, sejak 2016 dan telah mencapai babak putaran ke-19 pada tahun ini.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut salah satu alasan negosiasi IEU-CEPA berjalan tidak sesuai target adalah lantaran pihak Eropa terus menambah permintaan.
"Kita sudah banyak memenuhi permintaan, kalau nambah lagi-nambah lagi, ya tentu repot ya. Kita ingin ini IEU-CEPA selesai, tapi kan tergantung sananya juga," kata Zulkifli di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (26/9).
Zulkifli menyampaikan, Indonesia ingin segera menyelesaikan IEU-CEPA, yang semula dijadwalkan sebelum masa pemerintahan yang baru. Namun demikian, hal ini baru bisa terjadi jika kesepakatan antara dua pihak telah tercapai.
Karena itu, Indonesia telah memaparkan kepada pihak Uni Eropa bahwa perundingan IEU-CEPA tidak dapat segera diselesaikan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Senada, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan, negosiasi IEU-CEPA masih alot lantaran belum menemukan titik temu dari segi kebijakan kedua belah pihak, salah satunya terkait Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
"Ada beberapa hal terkait policy yang masih belum selesai, dalam arti kita masih mencari benar-benar titik tengah dari isu tersebut. Ini yang pasti menjadi tantangan untuk menyelesaikan kepentingan," kata Djatmiko saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/9).
Baca juga: Mendag: IEU-CEPA terkendala penambahan permintaan dari Uni Eropa
Baca juga: Airlangga sebut perundingan IEU-CEPA terhambat karena kabinet baru
Baca juga: Kemarin, semua visi-misi Prabowo masuk RAPBN hingga lanjutan IEU CEPA
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024
Tags: