Jakarta (ANTARA) - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), perusahaan teknologi keuangan inklusif yang berfokus pada ekonomi akar rumput, menerapkan strategi pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI) untuk menjaga kualitas portofolio yang sehat.

Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra yakin Amartha terus berkembang karena tidak hanya fokus pada pertumbuhan, tetapi juga nilai jangka panjang dan keberlanjutan.

"Selain pertumbuhan, Amartha fokus pada kualitas portofolio dan manajemen risiko yang prudent, membangun hubungan dengan institusi keuangan, dan tentunya mencatatkan keuntungan," kata Andi Taufan saat menjadi pembicara dalam Dealstreet Asia PE-VC Summit 2024 di Singapura baru-baru ini seperti dikutip siaran pers perusahaan di Jakarta, Kamis.

Menurut Andi Taufan, hal paling penting adalah memahami kebutuhan customer dan memberikan nilai lebih kepada mereka.

"Amartha menempatkan kebutuhan customer sebagai landasan untuk terus berinovasi. Untuk itu, Amartha memanfaatkan teknologi AI (Artificial Intelligence) dalam melakukan penilaian profil risiko hingga pengelolaan portofolio," katanya.

Ia menjelaskan, sistem risk-profiling berbasis AI yang diterapkan Amartha menggabungkan lebih dari 90 indikator data. AI terlibat dalam proses verifikasi mitra, menentukan scoring, proses match-making untuk mempertemukan pendana sesuai risk appetite, hingga pengelolaan portofolio untuk mendeteksi kualitas setiap mitra.

Teknologi AI membantu Amartha dalam memahami kebutuhan segmen akar rumput, segmen yang pada umumnya sulit untuk mengakses layanan keuangan formal karena keterbatasan pengukuran profil risiko.

Dengan bantuan AI, katanya, Amartha juga dapat melakukan analisa pasar secara berkala, dan memberikan rekomendasi untuk keputusan yang lebih tepat.

“Teknologi kami memainkan dua peran, yaitu membantu mobilisasi modal dari institusi/investor, sekaligus memberdayakan segmen akar rumput melalui pembiayaan dan kesempatan investasi," katanya pula.

Menurut Andi Taufan, secara kumulatif, Amartha telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp23 triliun kepada 2,5 juta mitra di 73.000 dari 83.671 desa di seluruh Indonesia. Selama tiga tahun terakhir, Amartha juga selalu membukukan keuntungan dan berhasil menjaga tingkat non performing loan (NPL) di bawah 2 persen.

Hal itu juga berdampak bagi mitra Amartha. Pada 2023, sebanyak 67 ribu mitra Amartha dari kelompok ultra mikro berhasil naik kelas ke usaha mikro. Rata-rata pendapatan mitra Amartha pada 2023 juga naik 61,56 persen. Selain itu, mitra Amartha berhasil membuka lebih dari 85,000 lapangan kerja informal di desa.
Baca juga: CEO Amartha berbagi soal cara alumni LPDP beri manfaat untuk RI
Baca juga: BNI bekerja sama dengan Amartha untuk pembiayaan UMKM