Bandarlampung (ANTARA News) - Warga Provinsi Lampung berharap tim sukses calon presiden-wapres menghindari kampanye hitam dan lebih mengedepankan program unggulan masing-masing untuk meraih dukungan masyarakat pada pemilu 9 Juli 2014.

Aktivis perempuan Lampung, Sely Fitriani, di Bandarlampung, Minggu, menyatakan, selain tidak mendidik, kampanye hitam juga rentan menimbulkan konflik horizontal di masyarakat.

"Bentuknya bisa apa pun, namun bentuk yang paling umum dipakai adalah isu suku, agama, ras, dan antar golongan," kata dia soal bentuk kampanye hitam.

Menurut dia, sejumlah tim sukses cenderung mengambil jalan pintas melalui kampanye hitam untuk menjatuhkan calon lain, dan tidak mengedepankan logika intelektual yang rasional dan objektif untuk memenangkan pasangan capres-cawapres yang mereka unggulkan.

"Isu agama masih menjadi andalan dalam menjatuhkan calon lain, seperti misalnya kalau memilih calon tertentu maka pemerintahan akan dipimpin dan dikendalikan oleh agama tertentu," ujarnya.

Selain menyesatkan, Sely melanjutkan, menyebarluaskan isu tersebut semakin menghilangkan kesadaran kebhinnekaan dan dasar negara Pancasila.

Hal yang sama juga diungkapkan akademisi Universitas Lampung Dr Dedi Hermawan. Ia menyatakan meski pun tidak beretika, kampanye hitam masih laku dan dianggap ampuh untuk menjatuhkan pasangan lain.

Ia mengatakan kampanye hitam biasa terjadi saat pemilu, meski berlawanan dengan hakikat dan etika demokrasi.

Ia pun meminta tim sukses menghindari kampanye hitam karena tidak sesuai dengan semangat demokrasi yang harus mencerdaskan pemilih.

Menurut dia, untuk menghindari kampanye hitam bukan dengan mengeluarkan larangan, namun dengan meningkatkan kesadaran dan kecerdasan politik masyarakat luas.

"Kalau masyarakat cerdas, kampanye hitam tidak akan berpengaruh signifikan lagi," katanya.