Washington (ANTARA) - Sekitar 103 anggota parlemen AS meminta pemerintahan Joe Biden untuk melakukan penyelidikan independen terhadap dugaan pembunuhan aktivis keturunan Turki-AS Aysenur Ezgi Eygi oleh pasukan Israel di Tepi Barat yang diduduki awal bulan ini.

Dalam sebuah surat yang dikirimkan pada Selasa kepada Presiden Joe Biden, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan Jaksa Agung Merrick Garland, para anggota parlemen tersebut menuntut penyelidikan menyeluruh, kredibel dan transparan terhadap pembunuhan Eygi.

"Mengingat bukti-bukti yang ada, kami percaya bahwa Amerika Serikat harus secara independen menyelidiki apakah ini merupakan pembunuhan," menurut bunyi surat tersebut.

"Menjauh tanpa penyelidikan lebih lanjut memberi pasukan Israel izin yang tidak dapat diterima untuk bertindak tanpa hukuman. Harus ada pertanggungjawaban atas kematian Nona Eygi."

"Penyelidikan ini harus mencakup semua bukti yang ditemukan dan alasan bagaimana temuan tersebut ditentukan dalam laporan tertulis kepada keluarga," tambah surat itu.

Surat tersebut ditandatangani oleh anggota Kongres terkemuka, termasuk Adam Smith, Pramila Jayapal, Rashida Tlaib, Barbara Lee, Jamaal Bowman, Ro Khanna, dan Senator Bernie Sanders dan Peter Welch.

Eygi (26), seorang aktivis yang memiliki kewarganegaraan Turki-AS, dibunuh oleh pasukan Israel pada 6 September selama protes damai untuk melawan permukiman ilegal Israel di dekat Nablus di Tepi Barat yang diduduki.

Penyelidikan awal dari tentara Israel menemukan bahwa Eygi "sangat mungkin" terkena "secara tidak langsung atau tidak sengaja" oleh tembakan Israel yang menargetkan provokator utama selama protes tersebut.

Namun, bukti video dan keterangan saksi mata bertentangan dengan versi Israel tentang kejadian tersebut. Laporan terbaru dari The Washington Post mengungkap bahwa Eygi ditembak lebih dari 30 menit setelah puncak konfrontasi di Beita dan sekitar 20 menit setelah para pengunjuk rasa bergerak sekitar 182 meter dari jalanan utama, menjauhi pasukan Israel.

Keluarga Eygi mengatakan bahwa Eygi ditembak dalam sebuah serangan yang ditargetkan dan meminta pemerintah AS untuk meluncurkan penyelidikan independen terhadap pembunuhannya, serupa dengan penyelidikan yang dilakukan oleh pemerintah Turki.

Eygi, yang lahir di Antalya, Turki pada 1998, pindah ke AS dengan keluarganya ketika dirinya masih bayi dan lulus pada Juni dari Universitas Washington, di mana dia belajar psikologi serta bahasa dan budaya Timur Tengah.

Dia pergi ke Tepi Barat sebagai sukarelawan untuk Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) guna mendukung dan melindungi para petani Palestina dan dibunuh oleh pasukan Israel tiga hari setelah kedatangannya.

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: Pakar PBB kutuk kematian dokter Gaza saat berada di tahanan Israel
Baca juga: Unjuk rasa penghentian agresi Israel warnai Sidang Majelis Umum PBB