Jakarta (ANTARA) - Disabilitas mental adalah kondisi yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain. Penyandang disabilitas mental sering kali mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, membuat keputusan, dan mengekspresikan perasaan. Beberapa contoh umum dari disabilitas mental meliputi gangguan bipolar, depresi, gangguan kecemasan, dan skizofrenia.

Di Indonesia, orang dengan disabilitas mental dikenal sebagai Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan dilindungi oleh Undang-Undang Kesehatan Jiwa No. 18 Tahun 2016. Menurut Kementerian Kesehatan disabilitas mental tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi dengan penanganan yang tepat gejala dapat diredakan.

Jumlah penderita gangguan mental terus meningkat, terutama di kalangan orang dengan pendidikan rendah. Sayangnya, perlakuan dan penanganan yang tidak tepat dapat memperburuk kondisi mereka. Oleh karena itu, pengobatan yang benar sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup ODMK.

Meskipun pengobatan tidak akan menyembuhkan ODMK secara total, terapi dan obat-obatan yang tepat dapat memperpanjang periode remisi dan mengurangi keparahan gejala psikosis.

Baca juga: Beda disabilitas mental dan disabilitas intelektual

Penanganan disabilitas mental

Penanganan disabilitas mental memerlukan bantuan dokter layanan primer, psikiater, dan profesional kesehatan mental lainnya untuk membantu penyandang disabilitas mental dan keluarganya memahami penyakit mental serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan atau mengatasi gejala, guna meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan fungsi mereka.

Perawatan disabilitas mental didasarkan pada rencana individu yang dibuat bersama profesional kesehatan. Perawatan ini dapat mencakup terapi bicara, obat-obatan, atau perawatan lainnya, dan sering kali kombinasi terapi dan obat-obatan adalah yang paling efektif. Terapi komplementer dan alternatif juga semakin banyak digunakan.

Kepatuhan dalam pengobatan bagi penderita gangguan mental sangat penting untuk mencapai kesembuhan. Terapi kognitif-perilaku, komunikasi keluarga, dan terapi komunitas dapat membantu meningkatkan pemahaman pasien dan mendorong mereka untuk mematuhi pengobatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan termasuk karakteristik pasien, dukungan keluarga, efek samping obat, dan hubungan terapeutik.

Penggunaan obat jiwa, baik jangka pendek maupun jangka panjang, diperlukan untuk mencegah kekambuhan perilaku agresif. Namun, jika penderita tidak mengonsumsi obat secara teratur, hasil pengobatan biasanya kurang optimal.

Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat, kebersihan lingkungan, olahraga, dan tidur yang cukup dapat mendukung kesehatan mental dan pemulihan ODMK. Bantuan diri dan dukungan sosial juga memiliki dampak besar dalam membantu penyandang disabilitas mental menghadapi tantangan, memulihkan diri, dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Baca juga: Jenis-jenis disabilitas mental, ada skizofrenia dan bipolar

Baca juga: Apa itu disabilitas mental? penyebab dan cara menanganinya