Jakarta (ANTARA) - Cerebral palsy (CP) salah satu kondisi disabilitas fisik yang sebagian besar terjadi pada anak-anak.

Cerebral Palsy atau lumpuh otak merupakan kelainan kronis pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi postur dan tonus otot, penglihatan, hingga pendengaran. Biasanya terjadi pada anak diawal kehidupan, mengutip akun Instagram resmi @kemenkes_ri.

Cerebral Palsy ini gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan serta postur tubuh. Hal ini terjadi disebabkan karena kerusakan otak yang sedang berkembang pada bagian yang mengontrol gerakan, sehingga memengaruhi kemampuan untuk mengendalikan otot-ototnya.

Akibat kerusakan otak pada bagian yang mengontrol gerakan muncul disabilitas yang permanen seperti di antaranya kelemahan otot, dan kekakuan (spastisitas).

Penyebab cerebral palsy karena suatu keadaaan yang menyebabkan kerusakan pada otak yang terjadi adanya faktor risiko masa kehamilan (prenatal), saat persalinan (perinatal) maupun setelah lahir (pascanatal). Melansir dari laman RSUP DR.Sardjito Yogyakarta berikut beberapa faktor kelainan yang menyebabkan cerebral palsy, diantaranya:
  • Periode prenatal atau masa sebelum anak lahir, yakni adanya kelainan genetik, infeksi dalam kandungan seperti infeksi toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes (TORCH)
  • Periode perinatal atau sekitar proses persalinan, yakni adanya kelainan seperti berat badan lahir rendah, hipoksia, asfiksia, kuning (icterus) dan kelahiran prematur
  • Periode pascanatal atau setelah kelahiran anak, yakni adanya kelainan seperti perdarahan otak, trauma kepala, hipoksia-iskemia, ensefalitis, dan meningitis.
Gejala cerebral palsy

Pada anak atau bayi yang terkena cerebral palsy, sejumlah gejala yang dapat timbul berupa lengan, kaki dan batang tubuh mungkin tampak tidak terkendali, memiliki otot-otot yang kaku, postur tubuh yang tidak teratur, cara berjalan yang tidak mantap.

Cerebral palsy juga dapat menyebabkan kesulitan menelan, gangguan berbicara, menerus mengeluarkan air liur. Selain itu, juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot mata, sehingga mata tidak fokus pada objek yang sama. Orang dengan kondisi ini mungkin mengalami penurunan rentang gerak pada persendiannya karena kekakuan otot.

Gejala cerebral palsy muncul bervariasi dari yang sangat ringan hingga yang serius. Seseorang dengan cerebral palsy mungkin bisa berjalan, namun sebaliknya seseorang dengan cerebral palsy yang parah mungkin perlu menggunakan peralatan khusus untuk dapat berjalan atau mungkin tidak dapat berjalan sama sekali.

Dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penderita cerebral palsy banyak juga yang memiliki kondisi seperti kecacatan intelektual, kejang, masalah dengan penglihatan, pendengaran, atau bicara, perubahan pada tulang belakang (seperti skoliosis A), dan masalah persendian (seperti kontraktur B).

Cara penanganan dan pencegahan cerebral palsy

Cerebral palsy ini bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan. Namun dapat dirawat dan dilakukan upaya pencegahan, sebagai berikut:

Upaya pencegahan pada ibu hamil dan melahirkan
  • Hindari cedera fisik dengan menggunakan alat forceps saat persalinan
  • Hindari paparan penyakit atau infeksi virus, serta melakukan vaksinasi yang tepat
  • Hindari rokok, alkohol, narkoba, atau obat resep yang dapat membahayakan kesehatan janin
  • Mengidentifikasi potensi ketidakcocokan Rh ibu dan anak.
Adapun perawatan cerebral palsy pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa dengan melakukan terapi fisik, perangkat ortotik, pengobatan lisan atau oral, suntikan otot, serta pembedahan atau operasi.

Baca juga: Mengenal paraplegia, kelumpuhan tubuh bagian bawah

Baca juga: Apa itu lumpuh layu?

Baca juga: Memahami disabilitas intelektual, pengertian dan penyebabnya