Apa itu lumpuh layu?
Siswa Derita Lumpuh Layu Seorang anak penderita lumpuh layu, Dio Eka Saputra, siswa kelas VI digendong ibunya Yuliati selepas jam pelajaran di SDN 1 Senden, Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (2/5). Dio bertekad menyelesaikan sekolahnya sampai lulus, bahkan hingga jenjang perguruan tinggi, meski mengalami cacat permanen akibat menderita lumpuh layu yang disebabkan kerusakan saraf dan otot kaki yang melemah (Guillain-barre syndrome/GBS) sejak setahun terakhir sehingga harus digendong untuk pulang dan pergi sekolah. Antara Jatim/Destyan Sujarwoko/zk/17
Lumpuh layu atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kondisi saat seseorang mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu, seperti otot pernapasan atau anggota gerak, termasuk kaki atau tangan.
Lumpuh layu atau bisa disebut juga tunadaksa salah satu kondisi disabilitas fisik karena terganggunya fungsi gerak, di mana terjadi kelumpuhan akut dengan penurunan tonus otot, mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan atau tidak terkendali/tidak stabil seperti untuk berdiri, berjalan, maupun berlari.
Gejala lumpuh layuh terjadi secara mendadak dan berlangsung hingga 14 hari tidak disebabkan trauma kecelakaan, kekerasan, dan lain sebagainya dengan kelumpuhan yang bersifat lemas.
Lumpuh layu disebabkan oleh virus polio. Pada tahap yang paling berat, polio bisa sampai tahap lumpuh, dilansir perpustakaan.kemkes.
Lumpuh layu akibat polio dapat dialami oleh siapa saja, namun anak-anak di bawah usia 15 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi, utamanya yang tidak mendapatkan imunisasi polio lengkap atau mengalami kelemahan sistem imun.
Tidak semua yang terinfeksi virus polio akan mengalami lumpuh layu. Namun, pada beberapa orang yang belum divaksinasi lengkap atau memiliki sistem imun lemah lebih mungkin terinfeksi virus polio.
Virus polio dapat menular melalui air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus polio. Virus akan sangat mudah berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga menyebabkan kelumpuhan.
Untuk menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk memastikan anak-anaknya memperoleh imunisasi rutin polio lengkap sesuai usia, yaitu 4 kali polio tetes dan 2 kali polio suntik, sebelum usia 1 tahun. Serta memastikan anak usia 0 sampai 7 tahun memperoleh 2 dosis imunisasi polio tetes tambahan.
Kemudian menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk buang air besar (BAB) di toilet dengan septictank dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air. Tidak membuang diapers/popok bayi sembarangan.
Baca juga: Dokter jelaskan gejala lumpuh layu pada anak belum tentu polio
Baca juga: Kemenkes temukan tiga kasus lumpuh layu akut akibat virus Polio
Baca juga: 1,1 juta anak di Aceh telah diimunisasi polio dosis kedua
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024