Zhengzhou (ANTARA) - Sejumlah arkeolog China mengungkap hasil rekonstruksi wajah dari dua orang yang dahulu tinggal di dekat Sungai Kuning, tempat lahirnya peradaban China, pada Zaman Neolitikum.

Pria pertama, yang diyakini hidup sekitar 5.600 tahun yang lalu pada periode kebudayaan Yangshao, berusia sekitar 40 tahun, sementara pria lainnya, yang berasal dari periode kebudayaan Longshan sekitar 4.000 tahun yang lalu, berusia sekitar 50 tahun.

Potret-potret terobosan itu dirilis pada Selasa (24/9) oleh Institut Warisan Budaya dan Arkeologi Provinsi Henan. Rekonstruksi didasarkan pada sejumlah tengkorak yang ditemukan dalam proyek penggalian baru-baru ini.

Mengingat tidak adanya data tertulis atau visual dari orang-orang dari zaman kuno ini, para arkeolog dengan cermat mengumpulkan banyak titik data dari tengkorak-tengkorak tersebut untuk membuat model 3D yang sangat detail.

Dengan menggunakan model-model ini, mereka merekonstruksi otot-otot dengan merujuk pada populasi dengan latar belakang genetik yang paling dekat, sementara analisis genetik digunakan untuk memprediksi warna kulit dan karakteristik rambut kata Wakil Direktur Departemen Penelitian arkeologi Institut Warisan Budaya dan Arkeologi Provinsi Henan Li Shiwei.

"Kami yakin akurasi rekonstruksi kami bisa mencapai sekitar 90 persen," kata Li, seraya menggarisbawahi presisi ilmiah dari proses tersebut.

Tengkorak-tengkorak tersebut ditemukan di situs Desa Yangshao di Provinsi Henan, China tengah, dalam penggalian tahap keempat, yang dimulai pada Agustus 2020. Situs tersebut memiliki nilai sejarah yang besar karena penggalian pertamanya pada 1921 menandai kelahiran arkeologi China modern.

Proyek rekonstruksi wajah dimulai tahun lalu, Institut Henan berkolaborasi dengan berbagai organisasi untuk menghidupkan kembali wajah-wajah manusia purba.

"Proyek ini menawarkan kepada kita gambaran wajah para leluhur kita, memberikan wawasan yang jelas tentang beragam budaya dalam masyarakat purba," kata Li.

Saat ini, tim peneliti sedang melakukan studi lanjutan mengenai DNA purba untuk mengungkap lebih banyak hal tentang dinamika historis populasi manusia prasejarah.