Jakarta (ANTARA) - Susu ikan mungkin terdengar asing di telinga banyak orang, namun susu ini mulai menarik perhatian karena manfaat kesehatan yang ditawarkannya.

Istilah yang membuat masyarakat bingung karena susu sejatinya berasal dari mamalia melalui proses pemerasan. Sedangkan ikan bukanlah hewan mamalia.

Penjelasan terkait proses olahannya dan kandungan dalam susu ikan ini kerap menjadi pertanyaan besar, terutama bagi ibu-ibu yang memiliki anak di bawah umur yang masih rutin konsumsi susu.

Berikut ini adalah penjelasan lebih dalam mengenai susu ikan.

Apa itu susu ikan?

Susu ikan sebenarnya bukanlah susu dalam arti yang umum kita kenal. Istilah ini lebih mengacu pada cairan hasil olahan dari bubuk ikan yang mengandung protein dan nutrisi tinggi.

Susu ikan berasal dari ekstraksi ikan yang mengandung protein tinggi, biasanya dari jenis ikan yang kaya akan omega-3 dan asam lemak esensial.

Ekstrak ikan ini dapat dalam bentuk cair atau bubuk, sehingga disebut “susu ikan” karena kemiripannya dengan susu sapi dari segi bentuk olahan dan manfaat kesehatan.

Proses pembuatan susu ikan melibatkan ekstraksi nutrisi penting dari bagian tubuh ikan tertentu, seperti daging, kulit atau tulang. Hingga hasil akhirnya merupakan hidrolisat protein ikan (HPI).

Setelah diekstrak, HPI ini diolah dengan campuran bahan lainnya untuk menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi. Meski secara tekstur mirip dengan susu biasa, rasanya tentu saja berbeda karena berasal dari ikan.

Segi rasa adalah hal yang paling dikhawatirkan. Rasa dari susu ikan ini hampir sama dengan susu pada umumnya, tidak terlalu berbau amis menyengat saat dikonsumsi karena sudah melalui proses pengolahan modern.

Perlu diketahui juga, susu ikan bukan melalui pemerasan hewan, seperti susu sapi atau susu hewani lainnya.
​​​​​​

Konsumsi susu ikan bisa menjadi pilihan alternatif bagi anak-anak atau orang yang tidak suka makan ikan karena bau amis, sehingga tetap bisa konsumsi protein dalam ikan.

Keunggulan lainnya, susu ikan harganya sangat terjangkau dibandingkan susu sapi. Sebab, mulai dari bahan baku pokoknya sudah murah yaitu ikan.

Umumnya jenis ikan yang digunakan adalah ikan gabus, ikan teri, salmon, ikan petek, ikan tongkol, dan ikan lainnya yang kaya akan protein.

Kandungan nutrisi Susu Ikan

Salah satu alasan susu ikan mulai populer adalah karena kandungan gizinya yang lebih banyak. Susu ikan kaya akan protein, asam amino esensial, omega-3, vitamin B12, vitamin D, fosfor, dan kalsium.

Keunggulan dari protein yang ada dalam ikan juga lebih mudah di cerna oleh tubuh dibandingkan susu sapi pada umumnya.

Manfaat Susu Ikan bagi kesehatan

Kandungan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tulang, jantung, serta membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
1. Meningkatkan kesehatan jantung

Omega-3 dalam kandungan ikan berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung dengan cara menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Ini membantu mencegah penumpukan plak di arteri dan mengurangi risiko penyakit jantung.

2. Mendukung pertumbuhan tulang

Kandungan kalsium dan vitamin D pada susu ikan membantu menjaga kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis, terutama pada orang dewasa dan lansia. Anak-anak juga bisa mendapatkan manfaatnya untuk mendukung pertumbuhan tulang yang kuat.

3. Menjaga kesehatan otak

Omega-3 yang ditemukan dalam susu ikan, penting untuk kesehatan otak. Hal ini juga dapat meningkatkan fungsi kognitif dan mencegah penurunan daya ingat pada usia lanjut.

4. Menjaga sistem kekebalan tubuh

Susu ikan mengandung berbagai vitamin dan protein yang dapat menjaga kekebalan tubuh dengan antibodi yang kuat dan membantu tubuh melawan infeksi serta penyakit.

5. Menjaga kekuatan otot

Protein yang tinggi pada susu ikan sangat penting untuk membangun jaringan otot yang lebih kuat. Sehingga jika meminum susu ikan, tubuh Anda akan mendapatkan kebutuhan protein yang maksimal.

Baca juga: KKP dukung peningkatan asupan gizi lewat hilirisasi produk perikanan

Baca juga: KKP tegaskan produk susu ikan dan sapi miliki kelebihan masing-masing

Baca juga: DKI pertimbangkan preferensi anak untuk menu makan bergizi gratis