Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan kemampuan intelijen strategis penting guna memperkuat pencegahan dan penyalahgunaan obat serta makanan pada masa post-modernisme.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan pada era global di mana batas-batas negara semakin meredup karena berkembangnya sistem teknologi informasi, ada tantangan tersendiri dalam sistem pengawasan BPOM, khususnya dalam hal intelijen, yang harus mampu bekerja lintas negara.

“Yang saya maksud peran intelijen di sini adalah bagaimana untuk mendapatkan data, informasi, yang bisa digunakan untuk proses pencegahan penyalahgunaan obat dan makanan, termasuk mencegah peredaran produk obat dan makanan ilegal sampai ke masyarakat,” kata Taruna Ikrar.

Baca juga: BPOM: Kerja sama dengan PSI perkuat pemberantasan obat palsu

Dia menyebutkan tantangan nyata yang dihadapi BPOM terutama terkait dengan keberadaan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang mempengaruhi pola penjualan produk obat dan makanan secara daring.

Taruna Ikrar menyebutkan BPOM memiliki 76 Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan dia berharap seluruh UPT ini bisa menjalankan peran intelijennya.

Oleh karena itu pihaknya mengadakan Lokakarya Intelijen Strategis selama dua hari untuk memperkuat kapasitas intelijen melalui peningkatan kemampuan manajerial intelijen di bidang obat dan makanan, sehingga kegiatan intelijen lebih efektif dan efisien.

Baca juga: BPOM optimis Indonesia masuk WHO Listed Authority pada 2025

“Tidak hanya dari sisi soft skill atau keterampilan berpikir, tetapi juga untuk sisi hard skill atau kemampuan psikomotoriknya,” ucap Taruna Ikrar.

Adapun sejumlah materi yang diberikan antara lain konsep dasar intelijen, manajemen penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan, pemanfaatan teknologi dalam profiling, pembangunan jaringan intelijen, bioterorisme menggunakan obat dan makanan, serta pemanfaatan AI dalam penyelidikan.

Dia berharap lokakarya tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menguasai ilmu intelijen strategis dan memberi perlindungan bagi publik dari produk obat dan makanan yang tidak aman, serta tindakan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Baca juga: BPOM upayakan tiga hal guna maksimalkan maturitas industri farmasi