Jakarta (ANTARA) - Peneliti sejarah dari Universitas Indonesia (UI) Arfan Habibi mengungkapkan bagaimana rute perdagangan rempah-rempah yang mencakup wilayah Jepara, Jawa Tengah berdampak terhadap pembentukan masyarakat maritim yang beragam.

Arfan memaparkan, kehadiran rute perdagangan rempah-rempah di masa lalu mampu mempertemukan para pedagang dari berbagai negara, salah satunya Jepara yang merupakan kota pelabuhan di pantai utara Jawa sejak era Kerajaan Majapahit dan Demak.

"Sejumlah area strategis menjadi pusat peradaban melalui perkembangan ekonomi sebagai dampak dari rute perdagangan rempah-rempah, termasuk yang paling menguntungkan, di wilayah Jepara, Jawa Tengah," kata Arfan saat memaparkan penelitiannya di International Forum on Spice Route 2024 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, komoditas rempah-rempah yang diperdagangkan dari Indonesia menjadi salah satu pemicu terbentuknya rute perdagangan dan titik-titik strategis di jalur tersebut. Rute tersebut pada akhirnya berkontribusi dalam menyatukan masyarakat maritim yang dari berbagai tempat di kepulauan Nusantara.

Hal ini juga terjadi di Jepara yang menjadi kota pelabuhan strategis di jalur perdagangan rempah-rempah nasional maupun internasional di Indonesia pada masa lalu.

"Lingkungan pesisir laut Jepara yang tenang dan aman membuat Jepara dapat berkembang menjadi sebuah kota pelabuhan," ujarnya.

Jepara sendiri telah menjadi wilayah kosmopolitan berkat proses konglomerasi sejak abad ke-7 dengan bertemunya para pedagang lokal dengan pedagang dari negeri seberang seperti Cina dan Campa (Vietnam).

Baca juga: Kalsel-Kemendikbudristek angkat budaya lokal lewat jalur rempah

Salah satu bukti terbentuknya masyarakat kosmopolitan di Jepara terlihat dari peninggalan budaya berupa seni ukiran kayu khas daerah tersebut.

Arfan menjelaskan, seni ukiran kayu Jepara pertama kali diperkenalkan oleh seorang dari China bernama Tjie Hwio Gwan yang menjadi ayah angkat penguasa Jepara di masa lalu yakni Ratu Kalinyamat. Seni ukiran kayu ini kemudian menjadi identitas wilayah Jepara dan diperkenalkan lebih luas ke seluruh dunia oleh R.A. Kartini.

"Melalui perkembangannya di abad ke-17 hingga ke-20, Jepara terus memiliki peran penting dalam perdagangan rempah-rempah global. Selain rempah-rempah, Jepara juga memiliki seni ukiran kayu sebagai identitas dan kerajinan unik lainnya," paparnya.

Diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) optimistis Jalur Rempah akan masuk dalam tentative list atau daftar sementara warisan dunia oleh UNESCO.

Insya Allah kalau di tahun mendatang kita bisa memasukkan (Jalur Rempah) dalam daftar sementara warisan dunia,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.

Hilmar mengatakan pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek saat ini sedang berupaya memasukkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia kepada UNESCO.

Baca juga: Acara akhir pekan di Jakarta mulai pameran seni Italia hingga rempah