Jakarta (ANTARA) - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan dalam peta jalan (roadmap) hilirisasi nikel yang diterapkan, Indonesia mematok target untuk menjadi lima besar produsen baterai kendaraan listrik global, serta dua besar produsen stainless steel dunia. "Nikel kita bahan bakunya nomor satu di dunia, tapi dari sisi supply chain kita tidak melihat nama Indonesia sebagai eksportir produk-produk nikel. Kalau nikel ore kita memang sudah larang ekspornya, tapi di nikel sulfat, precursor baterai, baterai pack kita belum menemukan nama Indonesia sebagai pengekspor," ujar Direktur Hilirisasi Perkebunan, Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan Kementerian Investasi/BKPM Mohamad Faizal di Jakarta, Rabu.

Faizal mengatakan, target itu diterapkan pihaknya mengingat pemerintah telah menerapkan industri prioritas hilirisasi nikel yakni untuk pengembangan baterai kendaraan listrik yang memiliki potensi pasar sebanyak 5,91 triliun dolar AS pada tahun 2045, serta stainless jenis CRC dan HRC yang memiliki potensi kebutuhan global sebanyak 365 miliar dolar AS pada periode yang sama.

Adapun proyeksi dampak ekonomi dari proses hilirisasi nikel pada tahun 2040 antara lain yakni meningkatkan nilai investasi sebanyak 127,90 miliar dolar AS, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 43,20 miliar dolar AS, peningkatan devisa negara sebesar 81 miliar dolar AS, serta membuka lapangan kerja untuk 357.000 orang.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, pihaknya juga telah memproyeksikan dampak berkelanjutan dari hilirisasi 28 sektor hingga tahun 2040, antara lain yakni mengisi ruang investasi sebanyak 618 miliar dolar AS, peningkatan kontribusi ekspor sebanyak 857,9 miliar dolar AS, kontribusi terhadap PDB 235,9 miliar dolar AS, serta penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.016.179 orang.

"Dari rencana hilirisasi tadi setelah ada roadmap, maka kemudian Kementerian Investasi/BKPM tidak dapat bergerak sendiri. Jadi, kita harus bergerak bersama-sama," ujarnya.