Foto budaya seniman petani dipamerkan pada Festival Lima Gunung
25 September 2024 14:17 WIB
Seorang warga menonton salah satu foto karya kelompok fotografer "Rencang Lima Gunung Ring Setengah" dalam pameran foto pada Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jateng, Rabu (25/9/2024). ANTARA/Hari Atmoko.
Magelang (ANTARA) - Sedikitnya 50 foto aktivitas seni dan budaya kalangan seniman petani Komunitas Lima Gunung dipamerkan pada puncak rangkaian Festival Lima Gunung XXIII di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 25-29 September 2024.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Magelang Nina Atmasari di Magelang, Rabu, membuka pameran foto dengan tema "Gumregah Bareng, Gayeng, Seneng", karya bertahun-tahun empat wartawan foto yang tergabung dalam kelompok "Rencang Lima Gunung Ring Setengah", yakni Anis Efizudin (ANTARA), Ferganata Indra Riatmoko (Kompas), Gholib (inilahjateng.com), dan Nugroho DS (Suara Merdeka).
Melalui foto-foto yang dipamerkan, katanya, mereka bagaikan sedang mengikuti jejak para senior dan seniman petani, yakni merintis usaha mengenalkan foto-foto yang diambil dari berbagai kegiatan, termasuk Festival Lima Gunung.
Ia menilai para jurnalis foto yang berpameran dalam festival mandiri itu, berupaya menunjukkan eksistensi dan jati dirinya melalui karya foto tentang aktivitas seni dan budaya Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang.
Ia mengemukakan foto-foto yang dipamerkan itu karya profesional mereka dalam menangkap perenungan, pemikiran, ekspresi, dan eksplorasi Komunitas Lima Gunung yang dibangun budayawan Magelang Sutanto Mendut, dalam merespons dinamika kehidupan dalam berbagai aspek.
Baca juga: Komunitas Lima Gunung terima penghargaan dari Akademi Jakarta
"Banyak hal yang muncul, termasuk melalui agenda rutin tahunan Festival Lima Gunung, dari sebuah perenungan yang kemudian diwujudkan dalam tema maupun konsep acara," ujarnya.
Ia mengemukakan tentang kekhasan festival komunitas itu selama bertahun-tahun yang selalu membuat para wartawan, termasuk pewarta foto, dan fotografer dari berbagai kota serta media massa melakukan peliputan dan pendokumentasian.
"Festival Lima Gunung menjadi agenda yang spesial bagi para jurnalis, terutama para jurnalis foto. Karenanya setiap Festival Lima Gunung digelar, jurnalis foto dan fotografer dari Jawa Tengah, Yogyakarta, bahkan nasional dari Jakarta, turun ke Magelang untuk turut memotret, mencari, dan menemukan momen terbaik, dan ekspresi terbaik dari para seniman yang tampil," ujarnya.
Ia juga mengemukakan pentingnya pada masa mendatang lahir buku-buku foto tentang Komunitas Lima Gunung, setelah selama ini banyak buku teks terbit, karena energi dan semangat komunitas itu layak diabadikan dalam buku.
Baca juga: Menemukan banyu "perwitasari" di Festival Lima Gunung
Pada kesempatan itu, budayawan Magelang yang biasa disebut sebagai Presiden Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut mengemukakan tentang pentingnya inspirasi komunitas yang telah ditangkap melalui media foto selama ini.
"Ke depan harus bersemangat melahirkan foto buku tentang (Komunitas dan Festival) Lima Gunung, banyak 'angle' (sudut pandang) yang seharusnya dipotret tentang kehidupan orang desa dan gunung, untuk pendidikan bangsa dan peradaban masa depan," ujarnya.
Seluruh rangkaian Festival Lima Gunung XXIII dengan tema "Wolak-Waliking Jaman Kelakone" berlangsung selama 17 hingga 29 September 2024, antara lain di Dusun Warangan, Desa Munengwarangan, Kecamatan Pakis, Studio Mendut, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, dan Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan.
Tercatat di panitia festival, sedikitnya 120 kelompok seniman dengan total 2.000 an personel melakukan berbagai pementasan, antara lain wayang, tarian, performa seni, pameran foto, pembacaan puisi, teater, musik, melukis on the spot, pidato kebudayaan, dan kirab budaya pada festival tersebut.
Baca juga: "Donga Tirto Kencono" demi rakyat "Kalis ing Kahanan"
Baca juga: Heru: Pameran foto ANTARA jadi salah satu destinasi wisata dan belajar
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Magelang Nina Atmasari di Magelang, Rabu, membuka pameran foto dengan tema "Gumregah Bareng, Gayeng, Seneng", karya bertahun-tahun empat wartawan foto yang tergabung dalam kelompok "Rencang Lima Gunung Ring Setengah", yakni Anis Efizudin (ANTARA), Ferganata Indra Riatmoko (Kompas), Gholib (inilahjateng.com), dan Nugroho DS (Suara Merdeka).
Melalui foto-foto yang dipamerkan, katanya, mereka bagaikan sedang mengikuti jejak para senior dan seniman petani, yakni merintis usaha mengenalkan foto-foto yang diambil dari berbagai kegiatan, termasuk Festival Lima Gunung.
Ia menilai para jurnalis foto yang berpameran dalam festival mandiri itu, berupaya menunjukkan eksistensi dan jati dirinya melalui karya foto tentang aktivitas seni dan budaya Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang.
Ia mengemukakan foto-foto yang dipamerkan itu karya profesional mereka dalam menangkap perenungan, pemikiran, ekspresi, dan eksplorasi Komunitas Lima Gunung yang dibangun budayawan Magelang Sutanto Mendut, dalam merespons dinamika kehidupan dalam berbagai aspek.
Baca juga: Komunitas Lima Gunung terima penghargaan dari Akademi Jakarta
"Banyak hal yang muncul, termasuk melalui agenda rutin tahunan Festival Lima Gunung, dari sebuah perenungan yang kemudian diwujudkan dalam tema maupun konsep acara," ujarnya.
Ia mengemukakan tentang kekhasan festival komunitas itu selama bertahun-tahun yang selalu membuat para wartawan, termasuk pewarta foto, dan fotografer dari berbagai kota serta media massa melakukan peliputan dan pendokumentasian.
"Festival Lima Gunung menjadi agenda yang spesial bagi para jurnalis, terutama para jurnalis foto. Karenanya setiap Festival Lima Gunung digelar, jurnalis foto dan fotografer dari Jawa Tengah, Yogyakarta, bahkan nasional dari Jakarta, turun ke Magelang untuk turut memotret, mencari, dan menemukan momen terbaik, dan ekspresi terbaik dari para seniman yang tampil," ujarnya.
Ia juga mengemukakan pentingnya pada masa mendatang lahir buku-buku foto tentang Komunitas Lima Gunung, setelah selama ini banyak buku teks terbit, karena energi dan semangat komunitas itu layak diabadikan dalam buku.
Baca juga: Menemukan banyu "perwitasari" di Festival Lima Gunung
Pada kesempatan itu, budayawan Magelang yang biasa disebut sebagai Presiden Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut mengemukakan tentang pentingnya inspirasi komunitas yang telah ditangkap melalui media foto selama ini.
"Ke depan harus bersemangat melahirkan foto buku tentang (Komunitas dan Festival) Lima Gunung, banyak 'angle' (sudut pandang) yang seharusnya dipotret tentang kehidupan orang desa dan gunung, untuk pendidikan bangsa dan peradaban masa depan," ujarnya.
Seluruh rangkaian Festival Lima Gunung XXIII dengan tema "Wolak-Waliking Jaman Kelakone" berlangsung selama 17 hingga 29 September 2024, antara lain di Dusun Warangan, Desa Munengwarangan, Kecamatan Pakis, Studio Mendut, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, dan Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan.
Tercatat di panitia festival, sedikitnya 120 kelompok seniman dengan total 2.000 an personel melakukan berbagai pementasan, antara lain wayang, tarian, performa seni, pameran foto, pembacaan puisi, teater, musik, melukis on the spot, pidato kebudayaan, dan kirab budaya pada festival tersebut.
Baca juga: "Donga Tirto Kencono" demi rakyat "Kalis ing Kahanan"
Baca juga: Heru: Pameran foto ANTARA jadi salah satu destinasi wisata dan belajar
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: