Jakarta (ANTARA) - Anggota DPRD DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina optimistis penyebaran nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia dapat menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta.


"Metode ini akan memberikan dampak yang signifikan, terutama di wilayah yang selama ini sering terjangkit DBD,” kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: DKI targetkan implementasi nyamuk ber-wolbachia lebih dari 6 bulan

Elva mengatakan bakteri wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti bisa menurunkan replikasi virus dengue. Dengan begitu, kemampuan nyamuk sebagai penular demam berdarah bisa berkurang.

Oleh karenanya, dia mendorong Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengawasi secara intensif terhadap uji coba pelepasan nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia.

Baca juga: Pemprov DKI siapkan 1.400 ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia

Pengawasan, imbuh dia, penting untuk memastikan uji coba berjalan efektif menekan kasus DBD.

“Jangan hanya berhenti pada uji coba, namun lanjutkan dengan riset berkelanjutan yang memastikan wolbachia efektif menekan angka penyebaran DBD,” ujar Elva.

Dia juga meminta Dinas Kesehatan menggandeng kader jumantik (juru pemantau jentik), posyandu, RW, RT, dan sekolah untuk menggencarkan sosialisasi tentang dampak positif nyamuk aedes aegypti berwolbachia.

“Edukasi harus dilaksanakan minimal sepekan sebelum uji coba agar warga paham manfaat program ini dan tidak panik,” ujar dia.

Baca juga: DKI: Populasi nyamuk ber-wolbachia minimal 60 persen tekan kasus DBD

Sementara itu, Dinas Kesehatan DKI menyatakan implementasi teknologi nyamuk aedes aegypti berwolbachia akan mulai diujicoba di Kembangan, Jakarta Barat pada 27 September 2024.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyiapkan sebanyak 1.400 ember berisi telur-telur nyamuk aedes aegypti berwolbachia.

Nantinya setiap dua pekan sekali akan dilakukan pemantauan terhadap perkembangbiakan nyamuk dan diharapkan populasinya semakin banyak sehingga dapat menurunkan angka demam berdarah dengue (DBD) di wilayah DKI Jakarta.

Merujuk studi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), implementasi nyamuk aedes aegypti berwolbachia dapat menurunkan angka kejadian DBD sampai 77 persen. Lalu, menurunkan angka pasien rawat inap sampai 86 persen.