Rusia kritik sidang DK PBB menyoal Ukraina di tengah krisis Gaza
25 September 2024 12:47 WIB
Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengkritik Dewan Keamanan PBB karena mengadakan sidang tingkat tinggi mengenai Ukraina di tengah meningkatnya krisis di Jalur Gaza. “Meskipun sedang berlangsung serbuan militer mengerikan di Gaza dan Dewan Keamanan tidak dapat mencapai gencatan senjata di sana, negara-negara barat yang menjadi anggota Dewan ini malah berfokus pada kepentingan hubungan masyarakat Presiden Ukraina yang telah habis masa jabatannya,” kata Nebenzia, Selasa (24/9/2024). ANTARA/Anadolu/py.
Hamilton (ANTARA) - Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengkritik Dewan Keamanan PBB karena mengadakan sidang tingkat tinggi mengenai Ukraina di tengah meningkatnya krisis di Jalur Gaza.
“Meskipun sedang berlangsung serbuan militer mengerikan di Gaza dan Dewan Keamanan tidak dapat mencapai gencatan senjata di sana, negara-negara barat yang menjadi anggota Dewan ini malah berfokus pada kepentingan hubungan masyarakat dari Presiden Ukraina yang telah habis masa jabatannya,” kata Nebenzia, Selasa (24/9)
Nebenzia mengingat kembali pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya mengenai situasi di Gaza yang menyatakan kondisi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
“Terlepas dari semua ini, Dewan Keamanan PBB selama hampir satu tahun belum mampu mencapai gencatan senjata. Hal ini disebabkan oleh posisi satu anggota tetap Dewan Keamanan (AS) yang memberikan veto sebanyak lima kali,” ucapnya.
Utusan Rusia itu menuduh Ukraina menyabotase perjanjian Minsk dan mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa tentara Ukraina saat ini berada di ambang kehancuran total.
Nebenzia mengatakan bahwa Presiden Ukraina Zelenskyy sedang "bermain peran sebagai pahlawan, sekutu Barat, dan bahkan penyelamat seluruh umat manusia dari ancaman Rusia."
Menurutnya, Zelenskyy gagal menepati janjinya kepada rakyat Ukraina setelah terpilih sebagai presiden.
“Kita bisa melihat bagaimana dia secara bertahap mengkhianati rakyat Ukraina dan menghancurkan kedaulatan mereka demi kepentingan negara-negara Barat,” ujar dia.
Rusia tidak memerangi rakyat Ukraina melainkan melawan rezim Kiev, katanya, seraya menambahkan bahwa Federasi Rusia selalu siap untuk hidup dalam damai dan hubungan bertetangga yang baik dengan Ukraina sampai Ukraina berubah menjadi sarang neo-Nazi Russophobia yang agresif dan mengancam keamanan Rusia.
Ia berjanji bahwa Rusia akan melanjutkan “operasi khusus” di Ukraina hingga tujuannya tercapai secara militer dan tidak ada jalan lain menuju perdamaian.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Rusia tidak tahu "rencana perdamaian" Zelenskyy untuk akhiri konflik
Baca juga: Parlemen EU menyetujui resolusi Ukraina menyerang lebih dalam ke Rusia
Baca juga: Palang Merah Internasional bertemu Menlu Rusia bahas situasi di Kursk
Baca juga: Rusia akan respons secara militer jika Ukraina lancarkan serangan
Baca juga: Penasihat: Biden akan fokus dukung Ukraina di akhir masa jabatannya
“Meskipun sedang berlangsung serbuan militer mengerikan di Gaza dan Dewan Keamanan tidak dapat mencapai gencatan senjata di sana, negara-negara barat yang menjadi anggota Dewan ini malah berfokus pada kepentingan hubungan masyarakat dari Presiden Ukraina yang telah habis masa jabatannya,” kata Nebenzia, Selasa (24/9)
Nebenzia mengingat kembali pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya mengenai situasi di Gaza yang menyatakan kondisi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
“Terlepas dari semua ini, Dewan Keamanan PBB selama hampir satu tahun belum mampu mencapai gencatan senjata. Hal ini disebabkan oleh posisi satu anggota tetap Dewan Keamanan (AS) yang memberikan veto sebanyak lima kali,” ucapnya.
Utusan Rusia itu menuduh Ukraina menyabotase perjanjian Minsk dan mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa tentara Ukraina saat ini berada di ambang kehancuran total.
Nebenzia mengatakan bahwa Presiden Ukraina Zelenskyy sedang "bermain peran sebagai pahlawan, sekutu Barat, dan bahkan penyelamat seluruh umat manusia dari ancaman Rusia."
Menurutnya, Zelenskyy gagal menepati janjinya kepada rakyat Ukraina setelah terpilih sebagai presiden.
“Kita bisa melihat bagaimana dia secara bertahap mengkhianati rakyat Ukraina dan menghancurkan kedaulatan mereka demi kepentingan negara-negara Barat,” ujar dia.
Rusia tidak memerangi rakyat Ukraina melainkan melawan rezim Kiev, katanya, seraya menambahkan bahwa Federasi Rusia selalu siap untuk hidup dalam damai dan hubungan bertetangga yang baik dengan Ukraina sampai Ukraina berubah menjadi sarang neo-Nazi Russophobia yang agresif dan mengancam keamanan Rusia.
Ia berjanji bahwa Rusia akan melanjutkan “operasi khusus” di Ukraina hingga tujuannya tercapai secara militer dan tidak ada jalan lain menuju perdamaian.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Rusia tidak tahu "rencana perdamaian" Zelenskyy untuk akhiri konflik
Baca juga: Parlemen EU menyetujui resolusi Ukraina menyerang lebih dalam ke Rusia
Baca juga: Palang Merah Internasional bertemu Menlu Rusia bahas situasi di Kursk
Baca juga: Rusia akan respons secara militer jika Ukraina lancarkan serangan
Baca juga: Penasihat: Biden akan fokus dukung Ukraina di akhir masa jabatannya
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024
Tags: