Kebumen, Jateng (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) terus memperkuat strateginya dalam upaya pelayanan kebencanaan dengan mendorong ketangguhan iklim melalui penerapan pendekatan aksi antisipatif berbasis prakiraan cuaca.

"Untuk membangun ketangguhan krisis iklim dengan respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca ini kami mengundang sejumlah pihak yang berkompeten seperti Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, BNPB dan BMKG," kata Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat Ridwan S Carman saat mengisi acara talkshow pada Latihan Gabungan (Latgab) Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI Tingkat Nasional III 2024 di Kabumen.

Baca juga: PMI fokus kolaborasi bangun ketangguhan masyarakat hadapi KLB-pandemi
Talkshow ini sebagai edukasi untuk meningkatkan pengetahuan para relawan Sibat terkait pencegahan hingga penanggulangan bencana dampak perubahan iklim serta memperoleh wawasan yang berharga tentang bagaimana membangun ketangguhan dalam menghadapi krisis iklim.

Aksi merespon peringatan dini ini adalah serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat untuk mengantisipasi dampak, menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian serta kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana.

Melalui kerja sama ketangguhan berbasis pada prakiraan dan deteksi dini potensi bencana, setiap dampak yang terjadi diharapkan bisa diminimalkan. Upaya Ini merupakan langkah maju yang signifikan bagi sistem peringatan dini, karena memastikan bahwa peringatan dapat diubah menjadi tindakan dini yang terarah.

"Melalui prakiraan berbasis dampak ini merevolusi cara kita mengantisipasi bencana dan bertindak untuk mengurangi kerugian akibat bencana yang dipicu oleh cuaca dan perubahan iklim," tambahnya.

Hal terpenting saat ini adalah membangun kemitraan antara komunitas hidrometeorologi dan komunitas kemanusiaan serta penanggulangan bencana untuk mendukung pengembangan prakiraan berbasis dampak secara berkelanjutan yang sesuai dengan tujuan dan dapat digunakan untuk memicu tindakan antisipasi demi melindungi masyarakat.

Peran Sibat sebagai garda terdepan di masyarakat tentunya dapat berperan aktif dalam mitigasi bencana dengan menyebarluaskan informasi kesiapsiagaan individu maupun kesadaran kolektif di masyarakat.

Baca juga: Ribuan Sibat PMI kampanyekan ketangguhan hadapi perubahan iklim
Sementara itu, Program Coordinator IFRC Vijay Umar Kumidi menggarisbawahi pentingnya kolaborasi bersama, baik dari tingkat nasional maupun internasional dengan melakukan upaya advokasi dan mengubah pemikiran agar fokus dalam menghadapi tantangan ini, dengan tujuan utama yaitu menyelamatkan nyawa dan mengubah pola pikir untuk menciptakan perubahan positif.

Diskusi mengenai pemilihan informasi yang tepat dan strategi untuk menghasilkan informasi yang akurat menjadi fokus pembahasan.

Pengembangan pemahaman masyarakat, optimalisasi komunikasi dalam keluarga dan pemberian informasi yang jelas menjadi langkah penting dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana dan mengurangi resiko terkait lainnya.

"Dengan kolaborasi yang kuat dan upaya yang terencana, diharapkan upaya pencegahan dan tanggap darurat terhadap resiko bencana dapat semakin ditingkatkan. Serta masyarakat dapat lebih siap dan tangguh dalam menghadapi tantangan bencana di masa depan," tambahnya.

Berbagai pertanyaan, diskusi dan menukar informasi di sekitar perkiraan cuaca menjadi sarana penting dalam membangun ketangguhan dan kesigapan bagi masyarakat dalam menghadapi bencana.

Baca juga: Jakpus targetkan Rp5 miliar pada program Bulan Dana PMI 2024