Chengdu, China (ANTARA) - Pada Selasa (24/9) sore, rombongan kursus pelatihan kader pedesaan Indonesia keempat, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar China untuk Republik Indonesia (RI) dan dilaksanakan oleh Pusat Pertukaran Internasional Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China, tiba di Dujiangyan, Provinsi Sichuan, untuk belajar dan mendapatkan pengalaman.

Proyek Irigasi Dujiangyan, yang dibangun 2.280 tahun lalu di Chengdu, Provinsi Sichuan, adalah satu-satunya proyek irigasi berskala besar yang tersisa di dunia yang tidak memiliki konstruksi bendungan.

Proyek ini dipuji sebagai "leluhur budaya konservasi air dunia". Saat ini, Proyek Irigasi Dujiangyan mengemban tugas mengairi lebih dari 11,5 juta mu (1.750.000 hektare) lahan pertanian di daerah tengah dan barat Cekungan Sichuan, menyediakan air untuk perusahaan-perusahaan utama dan kehidupan perkotaan di Zona Ekonomi Dataran Chengdu, serta menyediakan layanan air untuk pengendalian banjir, pembangkit listrik, akuakultur, dan penanaman.

Setelah mengetahui sejarah Proyek Irigasi Dujiangyan, F.X. Nugroho Setijo Nagoro, Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa RI, sangat terkejut. Dia mengacungkan jempol dan berkata, "Teknologi konservasi air China sangat hebat! Proyek-proyek yang dibangun lebih dari 2.000 tahun lalu kini masih digunakan, sungguh luar biasa!"

Selama kunjungan ini, yang paling berkesan bagi F.X. Nugroho Setijo Nagoro adalah konsep unik pengendalian air dan kearifan ekologis China kuno yang dipelajari dari Proyek Irigasi Dujiangyan. "Semua konsep ini layak dipelajari!" katanya.

Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan China. Sejak terbentuknya hubungan diplomatik 74 tahun lalu, kedua negara telah menjalin kerja sama yang erat di bidang politik, ekonomi, pertanian, dan bidang lainnya.

Pelatihan ini fokus pada berbagi pengalaman dalam pembangunan pertanian dan pedesaan serta penanggulangan kemiskinan. Hampir 20 pejabat pemerintah dan perwakilan kepala desa dari Indonesia akan menjalani program pelatihan, inspeksi, dan pertukaran selama 10 hari di Beijing dan Sichuan. Penting disebutkan bahwa perwakilan kepala desa untuk program pelatihan ini dipilih dari 75.000 desa di Indonesia.

Ari Setiawan, salah seorang kepala desa peserta pelatihan, bertutur, "Setelah mengunjungi Proyek Irigasi Dujiangyan, kami merasa bahwa proyek ini sangat tua dan bermanfaat. Teknologi dan ide pertanian China layak untuk dipromosikan dan dipelajari."