Nairobi (ANTARA) - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyerukan penyebaran vaksin secara segera dan tindakan medis untuk memerangi ancaman penyakit cacar monyet (monkey pox/mpox) yang semakin meningkat, khususnya di Afrika.

Berbicara di Majelis Umum PBB di New York pada Selasa (24/9), Ramaphosa menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh pandemi dan endemik, termasuk mpox yang telah menyebar dengan cepat ke seluruh benua.

"Kami khawatir dengan penyebaran mpox di seluruh dunia dan khususnya Afrika. Kami mendesak masyarakat internasional untuk memobilisasi persediaan vaksin dan tindakan pencegahan medis lainnya untuk dialokasikan ke tempat yang paling membutuhkan,” katanya.

Ramaphosa menekankan bahwa pandemi dan penyakit endemik menimbulkan ancaman serius bagi semua orang.

Penyebaran wabah mpox telah menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara Afrika karena berlangsung secara cepat dan kerentanan sistem layanan kesehatan.

Seruan terhadap vaksin muncul ketika organisasi internasional, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Afrika CDC) yang berbasis di Addis Ababa, Ethiopia, berupaya mengoordinasikan upaya untuk membendung virus tersebut.

Afrika CDC baru-baru ini memperingatkan tentang tren peningkatan kasus mpox yang mengkhawatirkan di seluruh Afrika dan menekankan bahwa penyakit cacar monyet tersebut belum terkendali di seluruh benua itu.

Kepala CDC Afrika, Jean Kaseya pada Kamis lalu mengatakan bahwa dibandingkan periode yang sama tahun lalu, telah terjadi peningkatan masing-masing sebesar 177 persen dan 38,5 persen dalam jumlah kasus dan kematian akibat mpox di 15 negara Afrika.

Data terbaru dari kantor tersebut menyatakan Afrika mencatat lebih dari 29.000 kasus dan 738 kematian pada tahun ini.

Sumber : Anadolu

Baca juga: Perlu pendekatan hulu dan hilir hadapi perubahan pola penyakit
Baca juga: Afrika CDC ungkap mpox tidak terkendali di benua tersebut
Baca juga: Afrika perlu Rp9,2 T untuk perangi penyebaran mpox
Baca juga: Vaksin mpox MVA-BN jadi yang pertama masuk prakualifikasi WHO