Jakarta (ANTARA) - Beberapa peristiwa humaniora terjadi di tanah air, Selasa (24/9), di antaranya gempa magnitudo 6,4 mengguncang Gorontalo namun tidak berpotensi tsunami hingga kepala BNPB sebut potensi gempa megathrust di NTB bentuk kewaspadaan.



Berikut rangkuman berita selengkapnya yang masih menarik untuk dibaca.





Gempa magnitudo 6,4 Gorontalo tidak berpotensi tsunami





Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa bumi dengan magnitudo 6,4 yang mengguncang Gorontalo pada Selasa dini hari tidak berpotensi tsunami.





Data BMKG Gorontalo menunjukkan, pusat gempa terjadi pada 74 kilometer barat daya Gorontalo pada kedalaman 145 kilometer dan dirasakan hingga wilayah Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.





Salah seorang warga Kota Gorontalo, Aisiyah Apriliani, mengaku guncangan terasa kencang, hingga jendela dan sejumlah barang lainnya bergoyang





Selengkapnya baca di sini





Warga Gorontalo diminta cek bangunan usai gempa berskala 6,4 magnitudo





Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengingatkan warga Provinsi Gorontalo supaya mengecek kembali konstruksi bangunan rumah usai diguncang gempa berskala 6,4 magnitudo, Selasa pagi guna menghindari runtuhan yang membahayakan keselamatan.





"Gempa berskala menengah itu dalam kategori merusak. Pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.





Menurutnya, gempa tersebut merupakan yang merusak keenam kalinya di Indonesia yang terjadi bulan September dengan begitu kondisi pascagempa patut menjadi perhatian bersama.





Selengkapnya baca di sini





BMKG ungkap penyebab gempa magnitudo 6,4 di Gorontalo





Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab gempa dengan magnitudo 6,4 dan kemudian terkoreksi menjadi magnitudo 6,1 yang mengguncang Gorontalo pada Selasa, pukul 03.51 WITA.





"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi dalam lempeng Sangihe," ucap Kepala Stasiun Geofisika Gorontalo Andri Wijaya Bidang.





Ia menjelaskan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi tersebut berlokasi di laut pada jarak 77 kilometer arah barat daya Gorontalo pada kedalaman 132 kilometer.





Selengkapnya baca di sini





BMKG: Indonesia tidak terdampak gempa-tsunami Kepulauan Izu, Jepang





Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa gempa bumi dan tsunami yang mengguncang Kepulauan Izu, Jepang, tidak berdampak pada wilayah Indonesia.





Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan yang diterima di Jakarta Selasa mengatakan, gempa berkekuatan 5,7 Mw yang terjadi pukul 06.14 WIB tadi dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng pada zona megathrust Izu - Ogasawara dengan mekanisme sesar naik (thrust fault).





Gempa tersebut berpusat di laut dengan kedalaman 12 kilometer. Episenter gempa terletak pada koordinat 31,45° LU dan 139,84° BT, sekitar 180 kilometer selatan Pulau Hachijo, salah satu pulau terbesar di Kepulauan Izu, Jepang.





Selengkapnya baca di sini





Kepala BNPB sebut potensi gempa Megathrust di NTB bentuk kewaspadaan





Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) Letjen Suharyanto mengatakan isu terjadinya gempa dan tsunami Megathrust di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan bentuk untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana.





"Jadi soal isu Megathrust ini bukan sesuatu yang baru, bukan hanya di NTB tetapi juga di Indonesia," ujarnya pada rapat kordinasi penanganan darurat bencana kekeringan di NTB yang digelar di Kota Mataram, Selasa.





Berdasarkan sejarah, kata dia, NTB pernah terdampak bencana gempa dan tsunami hebat yang terjadi di Samudra Hindia pada 19 Agustus 1977 dengan kekuatan 8,3 Skala Richter (SR). Bahkan pada tahun 2018 gempa bumi kembali menimpa NTB, meski tanpa tsunami.





Selengkapnya baca di sini