Menhut: pembakar hutan tak kebal hukum
23 Mei 2014 02:22 WIB
Hutan Riau Kembali Terbakar. Kepulan asap membumbung tinggi dampak dari kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pelalawan, Riau, Rabu (26/3). Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau kembali marak yang mengakibatkan beberapa wilayah di Riau kembali diselimuti kabut asap. (ANTARA FOTO/Taufan Razzak) ()
Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Kehutanan Zulkifli hasan mengatakan para pelaku perambah dan pembakar hutan harus ditindak tegas karena tidak ada di negara ini yang kebal hukum.
"Sudahlah merambah, membakar pula. Ini sangat merugikan negara, baik secara materi maupun fisik lingkungan," kata Menhut kepada pers usai menghadiri acara penanaman pohon perdana Program Restorasi Ekosistem Riau (RER) bertema "Pohon Untuk Kehidupan" di Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis sore (22/5).
Ketika itu, Menhut menjawab pertanyaan wartawan terkait marakya perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Provinsi Riau.
Berbagai sumber sebelumnya menyebut ribuan hektare hutan di kawasan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan dan pemiliknya selain pengusaha juga ada oknum TNI/Polri.
Menurut Zulkifli, kondisi itu tidak menyurutkan rencana penertiban kawasan TNTN yang saat ini begitu mengkhawatirkan.
"Setiap tahun kebakaran hutan selalu terjadi di Riau. Triliunan rupiah uang negara habis untuk memadamkan kebakaran lahan ini," katanya.
Untuk itulah, lanjut kata dia, perlu upaya-upaya yang agresif agar para pelaku pembakar lahan dan perambah ini menjadi jerah dan tidak lagi bermunculan berambah-perambah lainnya yang kebanyakan para pendatang.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Riau terjadi hampir setiap tahun sejak belasan tahun silam.
Ratusan ribu hutan yang terbakar itu saat ini dikabarkan telah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan, didominasi oleh kelapa sawit.
Kebakaran hutan juga mendatangkan bencana kabut asap bahkan hingga menjangkau sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Tahun ini bahkan peristiwa tersebut telah merenggut dua nyawa dan mengakibatkan puluhan ribu jiwa lainnya mengalami gangguan pernafasan. (FZR)
"Sudahlah merambah, membakar pula. Ini sangat merugikan negara, baik secara materi maupun fisik lingkungan," kata Menhut kepada pers usai menghadiri acara penanaman pohon perdana Program Restorasi Ekosistem Riau (RER) bertema "Pohon Untuk Kehidupan" di Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis sore (22/5).
Ketika itu, Menhut menjawab pertanyaan wartawan terkait marakya perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Provinsi Riau.
Berbagai sumber sebelumnya menyebut ribuan hektare hutan di kawasan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan dan pemiliknya selain pengusaha juga ada oknum TNI/Polri.
Menurut Zulkifli, kondisi itu tidak menyurutkan rencana penertiban kawasan TNTN yang saat ini begitu mengkhawatirkan.
"Setiap tahun kebakaran hutan selalu terjadi di Riau. Triliunan rupiah uang negara habis untuk memadamkan kebakaran lahan ini," katanya.
Untuk itulah, lanjut kata dia, perlu upaya-upaya yang agresif agar para pelaku pembakar lahan dan perambah ini menjadi jerah dan tidak lagi bermunculan berambah-perambah lainnya yang kebanyakan para pendatang.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Riau terjadi hampir setiap tahun sejak belasan tahun silam.
Ratusan ribu hutan yang terbakar itu saat ini dikabarkan telah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan, didominasi oleh kelapa sawit.
Kebakaran hutan juga mendatangkan bencana kabut asap bahkan hingga menjangkau sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Tahun ini bahkan peristiwa tersebut telah merenggut dua nyawa dan mengakibatkan puluhan ribu jiwa lainnya mengalami gangguan pernafasan. (FZR)
Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: