Mogadishu (ANTARA) - Konflik, ketidakamanan, dan perubahan iklim telah menyebabkan lebih dari 342.000 orang di Somalia menjadi pengungsi internal dalam delapan bulan pertama 2024, demikian ungkap UNHCR pada Minggu (22/9).

Jaringan Perlindungan dan Pemantauan Pengembalian yang dipimpin oleh UNHCR mengatakan bahwa sekitar 23.000 pengungsian internal terjadi pada Agustus saja, dengan 43 persen di antaranya disebabkan oleh konflik, ketidakamanan, banjir, atau kekeringan.

Laporan itu mengatakan bahwa faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap ketidakamanan di seluruh Somalia yakni konflik bersenjata antara pasukan keamanan Somalia dan al-Shabab, konflik antarklan, dan serangan-serangan tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh para militan. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa situasi politik dan keamanan secara keseluruhan di Somalia masih tidak menentu dan berubah-ubah

"Makanan, tempat tinggal, mata pencaharian, air, dan kesehatan menjadi kebutuhan utama bagi keluarga yang baru mengungsi. Wilayah Bari, Bay, Juba Tengah, Gedo, dan Juba Bawah (Lower Juba) melaporkan jumlah kedatangan pengungsi internal terbesar, mencapai 66 persen dari total pengungsi," sebut UNHCR dalam pembaruan operasional terbarunya yang dirilis di Mogadishu, ibu kota Somalia.

Menurut UNHCR, perempuan dan anak-anak, yang berada dalam situasi yang lebih rentan, mencakup 80 persen dari total pengungsi.


Uni Afrika (UA) menyetujui Misi Dukungan dan Stabilisasi UA (AU Support and Stabilization Mission), yang akan menggantikan Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (African Union Transition Mission in Somalia/ATMIS) pada 2025. "Transisi ini sangat penting bagi upaya-upaya pembangunan perdamaian yang sedang berlangsung dan operasi keamanan di kawasan tersebut," kata UNHCR.

Selain itu, Somalia juga menampung 40.200 pengungsi dan pencari suaka, dengan 66 persen di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak, 30 persen anak-anak usia sekolah (6-17 tahun), dan 26 persen perempuan dan anak perempuan dalam usia reproduktif (13-49 tahun), ujar UNHCR.

Menurut laporan tersebut, warga Ethiopia merupakan mayoritas di antara pengungsi dan pencari suaka (65 persen). Warga Yaman berada di urutan kedua (30 persen), warga Suriah di urutan ketiga (4 persen), dan negara-negara lain di urutan terakhir (1 persen).

UNHCR mengatakan bahwa 139.260 mantan pengungsi telah kembali ke Somalia dari negara suaka mereka sejak Desember 2014, dengan Kenya dan Yaman masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga. UNHCR telah secara langsung membantu 95.206 orang dari total jumlah pengungsi yang kembali, terutama melalui Program Repatriasi Sukarela (Voluntary Repatriation Program) dari Kenya dan Program Pengembalian Spontan yang Dibantu (Assisted Spontaneous Returns Program) dari Yaman.