Rupiah diperkirakan melemah karena data perekonomian China kurang baik
24 September 2024 11:24 WIB
Ilustrasi - Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt/am.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa, diperkirakan melemah dipengaruhi data perekonomian China yang kurang baik.
Pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah menanjak 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.190 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.206 per dolar AS.
"Rupiah hari ini diperkirakan melemah dipengaruhi data perekonomian China yang kurang bagus di tengah rencana The Fed untuk kembali cut rate sampai dengan di sisa akhir tahun ini," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan data pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan sulit mencapai 5 persen pada 2024. Sementara, China adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Dari dalam negeri, sentimen yang berkembang terkait dengan defisit anggaran pemerintah yang terus melanjutkan tren peningkatan.
Rully memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp15.200 per dolar AS sampai dengan Rp15.280 per dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat bahwa defisit APBN hingga Agustus 2024 mencapai Rp153,7 triliun, atau sebesar 0,68 persen dari PDB.
“Tahun ini defisit didesain pada Rp522,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Jadi, dalam hal ini (defisit pada Agustus sebesar) 0,68 persen masih di dalam track untuk APBN 2024,” ujar Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.
Defisit tersebut salah satunya terjadi karena penerimaan negara yang menurun 2,5 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp1.777 triliun, sementara realisasi belanja pemerintah berjalan on the track mencapai 58,1 persen dari pagu, atau Rp1.930,7 triliun.
Baca juga: Berapa dana minimal yang diperlukan untuk beli Surat Utang Negara?
Baca juga: Sinarmas Sekuritas: Penguatan rupiah bikin sektor kesehatan untung
Baca juga: Rupiah tergelincir di tengah pasar nantikan inflasi PCE AS
Pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah menanjak 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.190 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.206 per dolar AS.
"Rupiah hari ini diperkirakan melemah dipengaruhi data perekonomian China yang kurang bagus di tengah rencana The Fed untuk kembali cut rate sampai dengan di sisa akhir tahun ini," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan data pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan sulit mencapai 5 persen pada 2024. Sementara, China adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Dari dalam negeri, sentimen yang berkembang terkait dengan defisit anggaran pemerintah yang terus melanjutkan tren peningkatan.
Rully memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp15.200 per dolar AS sampai dengan Rp15.280 per dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat bahwa defisit APBN hingga Agustus 2024 mencapai Rp153,7 triliun, atau sebesar 0,68 persen dari PDB.
“Tahun ini defisit didesain pada Rp522,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Jadi, dalam hal ini (defisit pada Agustus sebesar) 0,68 persen masih di dalam track untuk APBN 2024,” ujar Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.
Defisit tersebut salah satunya terjadi karena penerimaan negara yang menurun 2,5 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp1.777 triliun, sementara realisasi belanja pemerintah berjalan on the track mencapai 58,1 persen dari pagu, atau Rp1.930,7 triliun.
Baca juga: Berapa dana minimal yang diperlukan untuk beli Surat Utang Negara?
Baca juga: Sinarmas Sekuritas: Penguatan rupiah bikin sektor kesehatan untung
Baca juga: Rupiah tergelincir di tengah pasar nantikan inflasi PCE AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: