Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika, selain itu Jakarta menduduki peringkat ketujuh sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

Menurut situs pemantau kualitas udara IQ Air pada Selasa pukul 06.29 WIB, kualitas udara di DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka 161 mengacu kepada penilaian PM2,5 dengan nilai konsentrasi 70 mikrogram per meter kubik.

Konsentrasi sebanyak itu setara 14 kali nilai panduan kualitas udara tahunan organisasi kesehatan dunia (WHO). PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).

Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan, jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

Baca juga: Senin pagi, kualitas udara Jakarta tidak sehat bagi kelompok sensitif

Sementara dari data yang sama, kota dengan kualitas udara terburuk di dunia urutan pertama yaitu Kinshasa (Kongo) di angka 190, urutan kedua yaitu Delhi ​​​​​​(India) di angka 179, urutan ketiga Lahore (Pakistan) di angka 174, yang keempat yaitu Dubai (Uni Emirat Arab) dengan angka 169 dan kelima Tashkent (Uzbekistan) di angka 167.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi hasil pantauan di 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di kota metropolitan tersebut.

Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategis.

Baca juga: Heru berharap transportasi publik Jakarta semakin terintegrasi

Dengan demikian, data mengenai kualitas udara di Jakarta bisa disajikan secara lebih komprehensif.