Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menegaskan tidak pernah mengajarkan rakyatnya untuk membenci Jepang termasuk di media sosial.

"Mengenai apa yang disebut sebagai komentar 'anti-Jepang', saya ingin mengatakan bahwa China tidak pernah mengajarkan rakyatnya untuk membenci Jepang," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, China pada Senin (23/9).

Pasca insiden penusukan yang menyebabkan kematian seorang pelajar laki-laki Jepang berusia 10 tahun saat berjalan menuju sekolah Jepang di Shenzhen pada Rabu (18/9) pagi, muncul juga komentar bernada kebencian di media sosial China Weibo seperti "Orang Jepang harus meninggalkan China" dan "Hati-hati dengan mata-mata di sekolah-sekolah Jepang".

"Setelah serangan di dekat sekolah Jepang di Shenzhen, bahkan banyak warga China meletakkan bunga di luar sekolah untuk mengenang anak laki-laki itu. Mereka menyatakan penolakan terhadap kekerasan dan menyerukan persahabatan antara rakyat China dan Jepang," tambah Lin Jian.

Anak laki-laki yang berayahkan orang Jepang dan ibunya adalah perempuan China itu sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, tapi akhirnya meninggal dunia pada Kamis (19/9) dini hari.

"Kami percaya bahwa belajar dari sejarah, bukan untuk meneruskan kebencian, tetapi untuk menghindari terulangnya perang, menghargai perdamaian dan menciptakan masa depan yang cerah," ungkap Lin Jian.

Lin Jian menyebut pemerintah China siap bekerja sama dengan Jepang untuk mematuhi empat dokumen politik China-Jepang secara komprehensif dan mempromosikan hubungan strategis yang saling menguntungkan serta membangun hubungan China-Jepang yang konstruktif dan stabil.

Terkait kejadian penusukan tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Tsuge Yoshifumi pun datang ke Beijing untuk bertemu Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong pada Senin (23/9) pagi demi mendiskusikan hubungan China-Jepang dan isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara.

"China dan Jepang menegaskan kembali prinsip untuk menghargai dan mengembangkan hubungan China-Jepang dan sepakat untuk bekerja sama guna mewujudkan kesepahaman bersama antara para pemimpin kedua negara, dan secara komprehensif memajukan hubungan strategis yang saling menguntungkan," tambah Lin Jian.

Terkait insiden di Shenzhen, kedua wakil menteri luar negeri menyampaikan upaya masing-masing pihak untuk menangani insiden tragis tersebut dengan baik dan tenang.

"Kami sepakat untuk menjaga komunikasi guna mencegah dampak negatif dari kasus per kasus terhadap hubungan bilateral kedua negara. Kasus ini pun masih dalam penyelidikan pihak berwenang Shenzhen," ungkap Lin Jian.

China, kata Lin Jian, akan terus memberikan bantuan dan memfasilitasi keluarga pelajar laki-laki tersebut dalam penanganan hukum insiden tersebut.

"Serangan itu merupakan insiden tragis yang disesalkan dan menyedihkan, tapi fakta bahwa orang China menyampaikan belasungkawa atas kemauan mereka sendiri mencerminkan perasaan duka dan rasa hormat mereka terhadap kehidupan dan kami akan melakukan segala yang mungkin untuk melindungi keselamatan dan harta benda warga negara asing di China," tambah Lin Jian.

Otoritas berwenang di Shenzhen sudah menangkap seorang pria berusia 44 tahun bermarga Zhong di tempat kejadian sebagai pelaku penusukan.

Pemerintah China juga mengatakan kasus tersebut sebagai insiden tunggal meski belum menyampaikan motif dari penusukan tersebut.

Insiden penusukan itu terjadi tepat pada peringatan 93 tahun pemboman Jepang terhadap rel kereta api dekat Shenyang, awal dari Insiden Manchuria yang menyebabkan invasi Jepang ke China timur laut pada 1931.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut penusukan tersebut sebagai "kejahatan yang sangat tercela" dan telah menginstruksikan para pejabat untuk mendesak Beijing agar segera berbagi informasi tentang insiden itu "secepat mungkin".

Penusukan terhadap warga negara Jepang di China itu bukanlah untuk pertama kalinya. Pada 24 Juni 2024 lalu, terjadi penusukan terhadap perempuan Jepang dan anak laki-lakinya di halte bus dekat sekolah Jepang di kota Suzhou, provinsi Jiangsu.

Atas serangan tersebut, seorang perempuan China, Hu Youping, yang bertugas sebagai petugas di bus sekolah meninggal dunia karena terluka parah demi menghalangi pelaku serangan untuk naik ke bus.

Dua minggu sebelumnya, terjadi penusukan terhadap empat orang dosen asal Amerika Serikat (AS) ketika mengunjungi Taman Beishan di kota Jilin, provinsi Jilin.

Baca juga: Otoritas China investigasi penusukan warga Jepang di Shenzhen
Baca juga: Pelajar Jepang di China tewas ditusuk, Beijing sebut insiden tunggal
Baca juga: Belum ungkap motif penusukan, China sebut berikan informasi ke Jepang