Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi yang terjalin melalui Indonesia yang diwakili oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mendorong penguatan infrastruktur energi nuklir dunia.

Kolaborasi tersebut salah satunya terwujud dalam lokakarya (workshop) untuk proyek kerja sama teknis di bidang teknologi nuklir yang bertajuk “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” yang diikuti oleh sebanyak 30 perwakilan dari 21 negara anggota IAEA di dunia, dan digelar pada 23-27 September 2024 di Jakarta.

"Melalui partisipasi dalam program kerja sama teknis IAEA, Indonesia dapat mengambil manfaat dalam penguatan infrastruktur program energi nuklir nasional, serta mengambil peran sentral sebagai fasilitator penguatan kompetensi bagi negara-negara anggota lain yang berminat mengembangkan program energi nuklir di negaranya," kata Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito saat membuka gelaran tersebut di Jakarta, Senin.

Mego menekankan penyiapan dan penguatan berbagai aspek infrastruktur program energi nuklir penting untuk dilakukan, demi memastikan rencana pemanfaatan energi nuklir agar dapat terlaksana dengan baik dan sesuai perencanaan, baik dari aspek keekonomian, kesiapan teknologi, SDM, hingga aspek keselamatan.

Baca juga: ITPLN dan Bapeten dukung penggunaan teknologi nuklir ramah lingkungan

Baca juga: Peneliti BRIN ungkap pemanfaatan nuklir mampu tingkatkan mutu pangan


Oleh karenanya, dalam penyusunan rencana program energi nuklir nasional, kata dia, perlu dilakukan penyiapan dan penguatan berbagai aspek infrastruktur mengacu pada pedoman IAEA (IAEA Milestone Approach), untuk memastikan program energi nuklir nasional dapat terlaksana sesuai perencanaan.

"Mudah-mudahan kita bisa menata berbagai hal yang terkait dengan teknologi nuklir secara legal, secara regulasinya, kemudian infrastrukturnya, kelembagaan, dan sebagainya. Sehingga pada saatnya nanti akan kita siap," ujarnya.

Di Indonesia sendiri, ungkap Mego, pihaknya tengah bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait dalam mematangkan rencana konstruksi dan operasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai bagian dari target Kebijakan Energi Nasional (KEN) menuju optimalisasi pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan.

Adanya kegiatan ini, menurut dia, bisa menjadi suatu wadah pembelajaran dan pertukaran pikiran para pemangku kepentingan terkait, terutama yang berasal dari Indonesia, untuk dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum nantinya diaplikasikan di negara ini.

"Untuk negara yang baru dan mungkin mereka bisa belajar juga dari negara-negara yang sudah punya. Jadi, ada yang memang beberapa delegasi yang sudah punya PLTN, yang ioperasionalnya seperti apa, kesulitannya seperti apa, tantangan-tantangan seperti apa, itu kita bisa belajar dari sana. Jadi sebetulnya kalau ditanya benefitnya betul-betul banyak," tuturnya.*

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi nuklir untuk mempermudah riset cagar budaya

Baca juga: Indonesia dipercaya IAEA kembangkan teknologi nuklir riset arkeologi