Moskow (ANTARA) - Para ilmuwan China telah mengembangkan teknologi yang dapat mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi antioksidan kuat, likopen, demikian laporan surat kabar South China Morning Post pada Senin.

Likopen merupakan antioksidan kuat yang memberikan banyak manfaat kesehatan, termasuk perlindungan dari sinar matahari, meningkatkan kesehatan jantung, serta menurunkan risiko beberapa jenis kanker.

Likopen juga diyakini efektif melawan obesitas, diabetes, dan beberapa penyakit pernapasan.

Likopen, yang banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan, diketahui tidak mudah untuk diproduksi.

Misalnya, mengekstraksi likopen dari tanaman alami memakan waktu, sedangkan sintesis kimianya merupakan proses yang rumit dan memakan banyak energi.

Selain itu, likopen juga cukup mahal, dengan biaya hingga 5 juta yuan (sekitar 708.800 dolar AS atau sekitar Rp10,8 miliar) per ton.

Namun, tim peneliti dari Universitas Pertanian Qingdao berhasil mengembangkan teknologi biologi sintetik yang mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, menurut laporan surat kabar tersebut.

Pemimpin tim, Profesor Yang Jianming, memutuskan untuk menggunakan metode biologis yang disebut "teknologi fiksasi karbon".

Dalam metode ini, organisme mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik, seperti yang terjadi pada fotosintesis tanaman.

Teknologi yang dikembangkan oleh Yang dan timnya ini menggunakan mikroorganisme sebagai bioreaktor untuk memproduksi bahan kimia, material, atau obat-obatan, dan juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Profesor Yang juga menyatakan bahwa teknologi ini memiliki keunggulan karena merupakan cara yang sederhana, berbiaya rendah, dan ramah lingkungan untuk memproduksi likopen.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Dua peneliti UGM rancang teknologi penyerap karbon di udara
Baca juga: Menko Luhut: NBS Indonesia capai 1,5 GT setara CO2 per tahun
Baca juga: Emisi CO2 penggunaan energi global catat rekor tertinggi pada 2023