Guiyang (ANTARA) - Ilmuwan dari China, Prancis, Portugal, Belgia, dan sejumlah negara lain berkumpul di Gua Shuanghe, di Provinsi Guizhou, China barat daya, Jumat (20/9), untuk
menghadiri upacara peluncuran ekspedisi ilmiah internasional gabungan ke-23 di gua terpanjang di Asia itu.

Ekspedisi tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan pada 7 hingga 24 Oktober, dan hasil temuan mereka akan tersedia pada 24 Oktober.

Ekspedisi ilmiah sebelumnya berhasil menemukan 44 fosil panda raksasa terpisah, dengan spesimen tertua berusia 100.000 tahun, sedangkan spesimen terbaru berusia beberapa ratus tahun. Fosil-fosil tersebut membuktikan bahwa Guizhou pernah menjadi habitat panda raksasa, yang saat ini diketahui bertahan hidup di provinsi Sichuan, Shaanxi, dan Gansu.

Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Gua Guizhou Zhou Wenlong mengatakan ekspedisi tersebut akan mempelajari lebih lanjut sumber daya, formasi, dan evolusi Gua Shuanghe.

Menurut hasil ekspedisi gabungan pada 2023 lalu, jaringan Gua Shuanghe memiliki 107 mulut gua yang saling terhubung dengan panjang 409,9 kilometer. Gua Shuanghe menjadi sebagai gua yang diketahui terpanjang di Asia sekaligus terpanjang ketiga di dunia.

Gua Shuanghe juga merupakan gua dolomit terpanjang di dunia.

Penjelajah gua asal Prancis, Jean Bottazzi, yang memiliki pengalaman eksplorasi gua di China lebih dari tiga dekade, bertindak sebagai kepala ekspedisi dalam penelitian gua itu. Dia menyebut Gua Shuanghe sebagai rumah keduanya.

Bottazzi mengatakan bahwa sejak akhir 1980-an, penemuan para ahli China dan asing di gua tersebut telah berulang kali menghasilkan pembaruan mengenai panjang gua, dan banyak fosil gua serta organisme hidup telah digali, menyediakan bahan penelitian ilmiah yang kaya dan berharga.

Selama ekspedisi ilmiah tahun ini, pemerintah wilayah Suiyang, yang mengelola area gua, akan menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti kontes fotografi ilmu geologi dan kontes video pendek guna mempromosikan taman bumi (geopark) Gua Shuanghe.