PON Aceh Sumut 2024
Para pegolf raup emas di PON 2024 tanpa abaikan sekolah
Oleh Agatha Olivia Victoria
23 September 2024 05:24 WIB
Arsip foto - Para atlet golf bertanding golf dalam nomor "foursome" putri pada PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Royal Sumatra Golf Course, Medan, Sumatera Utara, Senin (16/9/2024). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)
Medan, Sumatera Utara (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024 telah usai dengan berbagai pencapaian para atlet, termasuk di cabang olahraga golf.
Di cabang tersebut, juara umum diraih Jakarta dengan perolehan tiga medali emas pada nomor perorangan putra, beregu putra, dan beregu putri dan satu medali perak pada nomor perorangan putri.
Medali emas lainnya diraih oleh Sumatera Utara (Sumut) sebanyak dua medali serta Jawa Tengah (Jateng) dan Bali, yang masing-masing memperoleh satu emas.
Meski para pegolf berjuang keras meraih medali emas pada perhelatan PON kali ini, namun berbagai usaha itu rupanya tak membuat mereka mengesampingkan bidang akademik.
Salah satunya dialami oleh pegolf dari Jawa Tengah, Amadeus Christian Susanto alias Yoyo. Meski dirinya terus berjuang dengan latihan yang padat hingga meraih medali emas cabang golf di PON 2024 dengan nomor foursome putra, pendidikan tetap tidak dikesampingkan.
Ia mengaku manajemen waktu yang baik sangat diperlukan agar bisa tetap menjalankan perkuliahan sembari mengejar prestasi dalam golf.
Apalagi dahulu Yoyo sempat menjalankan kuliah di luar negeri, tepatnya di Campell University, Amerika Serikat (AS) dan kini studi itu masih berlanjut di Universitas Pelita Harapan, Jakarta.
"Manajemen waktunya antara golf dan kuliah sudah terbiasa sejak kuliah di luar negeri dulu," ucap Yoyo.
Pasangan Yoyo dalam pertandingan foursome putra, Nicolas Angga Wiyono turut mengaku tidak merasa sulit dalam membagi waktu antara latihan maupun pertandingan golf dengan sekolah karena saat ini ia menjalankan homeschooling.
Nicolas menilai bidang akademik tetap penting meskipun golf merupakan hobinya dan telah berhasil membawa namanya terkenal.
Tak hanya Yoyo dan Nicolas, banyak atlet golf lainnya peraih emas di PON 2024 yang tetap bisa berprestasi di bidang golf dan tak meninggalkan akademik.
Beberapa di antaranya, yakni Viera Permata Rosada alias Ocha, Meva Helina Schmit, dan Putu Mayvil Widya Handayan.
Ocha, berhasil meraih dua medali emas untuk Sumatera Utara (Sumut) pada cabang golf di PON 2024 dengan nomor perorangan putri dan foursome mix itu, saat ini sedang mengemban pendidikan di Sam Houston State University, Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Ocha sumbang emas pertama untuk Sumut di golf perorangan putri PON
Dia bahkan tetap mengikuti banyak turnamen golf di universitas tempatnya belajar dan bisa terus mengejar prestasi akademik.
Tak hanya membawa nama universitasnya, Ocha pun kerap mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai turnamen antar-universitas di Negeri Paman Sam.
Berbagai turnamen di universitas tersebut tentunya menjadi bekal tersendiri sebelum kembali ke Indonesia tiga bulan menuju perhelatan PPN 2024.
Begitu pula dengan Meva dan Mayvil. Kedua atlet golf yang menyumbangkan satu medali emas untuk Bali di nomor foursome putri tersebut bahkan bisa mengejar universitas yang diinginkan melalui prestasi di bidang golf.
Meva, mendapatkan beasiswa penuh di Kennesaw State University Athletics, AS, berkat berbagai pencapaiannya di bidang golf. Di sana ia mendapatkan pelatihan golf dan akademis.
Di Negeri Adidaya, Meva pun banyak mengikuti berbagai turnamen golf membawa nama universitas maupun Indonesia.
Sementara Mayvil, berhasil masuk ke Universitas Udayana, Bali, melalui jalur prestasi, yakni olahraga di bidang golf.
Baik Meva maupun Mayvil merasa golf bukanlah halangan untuk mereka tetap berprestasi di bidang akademis, melainkan harus menjadi penopang dan penyemangat untuk menjalankan kegiatan akademis di perguruan tinggi.
Baca juga: Hasil akhir golf PON 2024, didominasi DKI Jakarta dan Sumut
Selanjutnya: Dukungan
Dukungan
Berbagai pencapaian para atlet golf peraih emas di PON 2024 serta prestasi akademik mereka tentunya tak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Selain orang tua, dukungan kepada para atlet itu pun datang dari Persatuan Golf Indonesia (PGI) Pengurus Provinsi (Pengprov).
Dari PGI Pengprov Bali, bahkan menargetkan para atletnya bisa mendapatkan perguruan tinggi yang mereka inginkan dari jalur prestasi golf.
Apabila hal tersebut terwujud dan terdapat atlet golf yang lebih memilih pendidikannya serta berhenti sementara waktu maupun seterusnya untuk mengikuti turnamen golf, maka keputusan itu ada di tangan atlet golf yang bersangkutan.
"Apabila mereka ingin lanjut jadi pegolf profesional itu keputusan mereka, tapi tugas kami mengantar ke sana," kata Ketua Pembinaan Atlet Junior PGI Pengprov Bali Jurry Soeryo Wiharko.
Sama halnya dengan PGI Pengprov Jateng yang tak mau mengganggu kegiatan akademis para atletnya, yakni salah satunya seperti yang dialami pegolf andalan Jateng, Elaine Widjaja.
Elaine pada awalnya telah didaftarkan untuk membawa nama Jateng di PON 2024. Kendati demikian lantaran Elaine baru saja masuk ke University of Florida, AS, dan harus mengikuti turnamen di sana, maka salah satu pegolf nasional itu tak bisa berpartisipasi dalam PON tahun ini.
Sekretaris Umum PGI Pengprov Jateng Yossie Harianto tidak mau menghalangi hal tersebut demi masa depan Elaine. Apalagi di universitas tersebut, Elaine mendapatkan beasiswa berkat prestasinya melalui jalur olahraga golf.
Meski tak ada Elaine, Jateng pun tetap berhasil membawa satu medali emas melalui Yoyo, sehingga membuat provinsi tersebut mendapatkan medali emas perdana dalam cabang olahraga golf.
Berbagai pengalaman para atlet golf tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik dan nonakademik bisa berjalan beriringan, bahkan saling mendukung satu sama lain.
Yang diperlukan hanyalah konsistensi dan ketekunan agar keduanya bisa tercapai tanpa harus mengesampingkan salah satunya.
Harapannya, akan semakin banyak atlet Indonesia yang bisa turut mengejar prestasi akademik demi bekal di masa depan. Tak hanya di golf, namun juga di cabang lain.
Baca juga: PGI Bali siapkan pegolf sejak usia dini sebelum berlaga di PON
Di cabang tersebut, juara umum diraih Jakarta dengan perolehan tiga medali emas pada nomor perorangan putra, beregu putra, dan beregu putri dan satu medali perak pada nomor perorangan putri.
Medali emas lainnya diraih oleh Sumatera Utara (Sumut) sebanyak dua medali serta Jawa Tengah (Jateng) dan Bali, yang masing-masing memperoleh satu emas.
Meski para pegolf berjuang keras meraih medali emas pada perhelatan PON kali ini, namun berbagai usaha itu rupanya tak membuat mereka mengesampingkan bidang akademik.
Salah satunya dialami oleh pegolf dari Jawa Tengah, Amadeus Christian Susanto alias Yoyo. Meski dirinya terus berjuang dengan latihan yang padat hingga meraih medali emas cabang golf di PON 2024 dengan nomor foursome putra, pendidikan tetap tidak dikesampingkan.
Ia mengaku manajemen waktu yang baik sangat diperlukan agar bisa tetap menjalankan perkuliahan sembari mengejar prestasi dalam golf.
Apalagi dahulu Yoyo sempat menjalankan kuliah di luar negeri, tepatnya di Campell University, Amerika Serikat (AS) dan kini studi itu masih berlanjut di Universitas Pelita Harapan, Jakarta.
"Manajemen waktunya antara golf dan kuliah sudah terbiasa sejak kuliah di luar negeri dulu," ucap Yoyo.
Pasangan Yoyo dalam pertandingan foursome putra, Nicolas Angga Wiyono turut mengaku tidak merasa sulit dalam membagi waktu antara latihan maupun pertandingan golf dengan sekolah karena saat ini ia menjalankan homeschooling.
Nicolas menilai bidang akademik tetap penting meskipun golf merupakan hobinya dan telah berhasil membawa namanya terkenal.
Tak hanya Yoyo dan Nicolas, banyak atlet golf lainnya peraih emas di PON 2024 yang tetap bisa berprestasi di bidang golf dan tak meninggalkan akademik.
Beberapa di antaranya, yakni Viera Permata Rosada alias Ocha, Meva Helina Schmit, dan Putu Mayvil Widya Handayan.
Ocha, berhasil meraih dua medali emas untuk Sumatera Utara (Sumut) pada cabang golf di PON 2024 dengan nomor perorangan putri dan foursome mix itu, saat ini sedang mengemban pendidikan di Sam Houston State University, Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Ocha sumbang emas pertama untuk Sumut di golf perorangan putri PON
Dia bahkan tetap mengikuti banyak turnamen golf di universitas tempatnya belajar dan bisa terus mengejar prestasi akademik.
Tak hanya membawa nama universitasnya, Ocha pun kerap mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai turnamen antar-universitas di Negeri Paman Sam.
Berbagai turnamen di universitas tersebut tentunya menjadi bekal tersendiri sebelum kembali ke Indonesia tiga bulan menuju perhelatan PPN 2024.
Begitu pula dengan Meva dan Mayvil. Kedua atlet golf yang menyumbangkan satu medali emas untuk Bali di nomor foursome putri tersebut bahkan bisa mengejar universitas yang diinginkan melalui prestasi di bidang golf.
Meva, mendapatkan beasiswa penuh di Kennesaw State University Athletics, AS, berkat berbagai pencapaiannya di bidang golf. Di sana ia mendapatkan pelatihan golf dan akademis.
Di Negeri Adidaya, Meva pun banyak mengikuti berbagai turnamen golf membawa nama universitas maupun Indonesia.
Sementara Mayvil, berhasil masuk ke Universitas Udayana, Bali, melalui jalur prestasi, yakni olahraga di bidang golf.
Baik Meva maupun Mayvil merasa golf bukanlah halangan untuk mereka tetap berprestasi di bidang akademis, melainkan harus menjadi penopang dan penyemangat untuk menjalankan kegiatan akademis di perguruan tinggi.
Baca juga: Hasil akhir golf PON 2024, didominasi DKI Jakarta dan Sumut
Selanjutnya: Dukungan
Dukungan
Berbagai pencapaian para atlet golf peraih emas di PON 2024 serta prestasi akademik mereka tentunya tak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Selain orang tua, dukungan kepada para atlet itu pun datang dari Persatuan Golf Indonesia (PGI) Pengurus Provinsi (Pengprov).
Dari PGI Pengprov Bali, bahkan menargetkan para atletnya bisa mendapatkan perguruan tinggi yang mereka inginkan dari jalur prestasi golf.
Apabila hal tersebut terwujud dan terdapat atlet golf yang lebih memilih pendidikannya serta berhenti sementara waktu maupun seterusnya untuk mengikuti turnamen golf, maka keputusan itu ada di tangan atlet golf yang bersangkutan.
"Apabila mereka ingin lanjut jadi pegolf profesional itu keputusan mereka, tapi tugas kami mengantar ke sana," kata Ketua Pembinaan Atlet Junior PGI Pengprov Bali Jurry Soeryo Wiharko.
Sama halnya dengan PGI Pengprov Jateng yang tak mau mengganggu kegiatan akademis para atletnya, yakni salah satunya seperti yang dialami pegolf andalan Jateng, Elaine Widjaja.
Elaine pada awalnya telah didaftarkan untuk membawa nama Jateng di PON 2024. Kendati demikian lantaran Elaine baru saja masuk ke University of Florida, AS, dan harus mengikuti turnamen di sana, maka salah satu pegolf nasional itu tak bisa berpartisipasi dalam PON tahun ini.
Sekretaris Umum PGI Pengprov Jateng Yossie Harianto tidak mau menghalangi hal tersebut demi masa depan Elaine. Apalagi di universitas tersebut, Elaine mendapatkan beasiswa berkat prestasinya melalui jalur olahraga golf.
Meski tak ada Elaine, Jateng pun tetap berhasil membawa satu medali emas melalui Yoyo, sehingga membuat provinsi tersebut mendapatkan medali emas perdana dalam cabang olahraga golf.
Berbagai pengalaman para atlet golf tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik dan nonakademik bisa berjalan beriringan, bahkan saling mendukung satu sama lain.
Yang diperlukan hanyalah konsistensi dan ketekunan agar keduanya bisa tercapai tanpa harus mengesampingkan salah satunya.
Harapannya, akan semakin banyak atlet Indonesia yang bisa turut mengejar prestasi akademik demi bekal di masa depan. Tak hanya di golf, namun juga di cabang lain.
Baca juga: PGI Bali siapkan pegolf sejak usia dini sebelum berlaga di PON
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: