New Delhi (ANTARA) - Sri Lanka memulai putaran kedua penghitungan suara pemilihan presiden (pilpres) pada Minggu (22/9) setelah tidak ada calon yang meraih suara 50 persen pada penghitungan pertama.

Penghitungan ulang itu menjadi yang pertama dalam sejarah negara kepulauan tersebut di Asia Selatan tersebut.

Komisi pemilihan mengumumkan bahwa Anura Kumara Dissanayake, pemimpin aliansi oposisi National People's Power, meraih 40,04 persen suara dalam pemilihan pada Sabtu.

Sajith Premadasa, pemimpin oposisi di parlemen, menyusul dengan 32,72 persen suara, sementara presiden petahana Ranil Wickremesinghe mendapatkan 17,39 persen.

Menurut sistem pemungutan suara preferensial di Sri Lanka, warga boleh memilih hingga tiga calon pada surat suara sesuai urutan preferensi mereka.

Jika tidak ada calon yang memperoleh 50 persen suara pilihan pertama, suara pilihan kedua dipertimbangkan untuk menentukan pemenang di antara dua calon teratas dari hasil penghitungan pertama.

Pada sore hari, Dissanayake memimpin penghitungan ulang dengan 42,31 persen, diikuti oleh Premadasa dengan 32,76 persen, dan Wickremesinghe dengan 17,27 persen.

Presiden petahana menghadapi tantangan dari lebih dari 30 calon presiden lainnya, yang sebagian besar memperoleh kurang dari 3 persen suara.

Pemilu ini secara luas dianggap sebagai referendum terhadap kepemimpinan Presiden Wickremesinghe yang berlangsung selama dua tahun.

Pria berusia 75 tahun itu menjabat setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu pada Juli 2022.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Hasil sementara: Anura Kumara Dissanayake unggul di Pilpres Sri Lanka
Baca juga: Pemungutan suara untuk pilpres Sri Lanka dimulai