"Kita akan monitor secara detail supaya jangan sampai Ramadhan ini terjadi lonjakan harga (komoditas) yang luar biasa," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin malam.
Chairul memastikan meskipun puasa masih akan terjadi kurang lebih dalam 50 hari mendatang, pemerintah akan mulai menyiapkan antisipasi berupa operasi pasar, agar kestabilan harga komoditas pangan terjadi lebih awal.
"Kita berharap operasi pasar dilakukan tidak perlu menunggu harga naik, agar stabilitas harga sudah terjaga di awal. Dalam 10 hari kedepan sudah mulai ada operasi pasar untuk antisipasi komoditas tertentu," kata Chairul Tanjung.
Chairul mengharapkan dengan adanya operasi pasar tersebut maka harga 14 komoditas, diantaranya daging sapi dan bawang merah, yang selalu berfluktuasi menjelang lebaran, dapat lebih terkendali dan tidak merugikan konsumen.
"Kalau mendekati lebaran selalu ada kenaikan, itu kita mengerti agar petani juga mendapatkan penghasilan lebih baik. Tapi tidak boleh terlalu berlebihan, kalau berlebihan konsumen yang dirugikan, jadi dijaga keseimbangannya," katanya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan M Lutfi menambahkan stabilitas harga sudah mulai dilakukan pemerintah sejak Mei, dan harga-harga masih relatif terkendali menjelang puasa, karena kebutuhan pangan saat ini masih mencukupi.
"Stabilitas harga ini penting supaya jangan sampai terjadi inflasi dan lain-lain. Semua pada dasarnya dalam margin satu persen, artinya naiknya atau turunnya harga dalam kisaran satu persen," katanya.
Lutfi mencontohkan, untuk harga daging sapi impor Australia di pasaran, diharapkan harga komoditas tersebut dapat terjaga dalam kisaran Rp80 ribu-Rp90 ribu per kilogram dalam bulan-bulan sebelum dan setelah lebaran.
"Saya mempunyai target pada akhir Mei ini mendekati Rp90 ribu. Tapi, namanya puasa kebutuhan lagi tinggi jadi harganya musti ada adjusment. Setelah lebaran harga wajarnya mungkin di tengah Rp80 ribu," katanya.
(S034/A011)