Manado (ANTARA) - Pesawat mulai menurunkan ketinggian dan para penumpang bersiap untuk mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado. Dari jendela pesawat, panorama alam nan menawan Sulawesi Utara mulai terlihat jelas.

Bentangan alam yang luas dengan pegunungan hijau dan perbukitan yang diselimuti oleh hutan tropis menciptakan pemandangan yang memukau. Sungai-sungai yang berkelok-kelok seperti urat nadi mengalir menuju laut biru, membelah hamparan lahan pertanian yang subur.

Di kejauhan, terlihat sawah-sawah hijau yang membentang luas, perkebunan kelapa yang tertata rapi.Tanah di sini begitu subur, seolah-olah setiap biji yang ditanam pasti akan tumbuh subur menjadi tanaman yang menyejahterakan.

Di dekat pesisir, kebun cengkeh dan pala, sebagai komoditas unggulan Sulut, menghiasi perbukitan, menyebarkan aroma khas yang terbawa angin.

Deretan rumah-rumah kecil yang tampak dari atas dikelilingi oleh pohon buah-buahan tropis, yang menambah kesan betapa kayanya tanah Sulawesi Utara ini.

Di tepi laut, terlihat nelayan yang tengah mempersiapkan kapal mereka, siap melaut dan menggantungkan harapan pada hasil laut yang melimpah.

Pemandangan ini adalah gambaran nyata bagaimana sektor pertanian dan perikanan menjadi tulang punggung ekonomi Sulawesi Utara. Tidak hanya sebagai sumber penghidupan, tetapi juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari ketinggian, tampak jelas bahwa tanah yang subur dan lautan yang kaya menjadi anugerah yang tak ternilai, memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Sulut yang terus berkembang.

Saat roda pesawat menyentuh landasan, seakan disambut oleh janji dari tanah atas keberlanjutan dan kemakmuran. Sulawesi Utara, dengan keindahan dan kekayaan alamnya, terus bergerak maju, mengukir cerita sukses dari setiap jengkal tanahnya yang hidup.

Kepala Biro Perekonomian Sulut Reza Dotulung menyebut sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia, Sulawesi Utara berada di puncak kejayaannya. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di sekitar angka 6 persen selama periode 2015--2019 menjadi bukti nyata bahwa daerah ini berhasil memanfaatkan segala potensi alam dan manusianya.

Pasar-pasar ramai, pariwisata berkembang pesat, dan sektor pertanian hingga perikanan menggeliat dengan penuh optimisme.

Namun, pada tahun 2020, badai pandemi menghantam keras. Perekonomian Sulut yang selama ini kokoh mendadak terhuyung, terkontraksi hingga negatif 0,99 persen. Jalanan yang biasanya dipadati kendaraan wisatawan kini sepi, restoran dan penginapan berjuang bertahan, dan para petani menghadapi kesulitan pemasaran hasil panen mereka.


Pantang menyerah

Masa itu bagaikan malam panjang tanpa akhir.
Namun, di balik tantangan besar, masyarakat Sulut tidak menyerah. Dengan kerja keras, kolaborasi antarinstansi Pemerintah, dan semangat gotong royong warga, Sulut mulai menata kembali kekuatan ekonominya.

Pada tahun 2021, titik terang mulai tampak di ujung terowongan. Ekonomi Sulut perlahan bangkit, tumbuh positif sebesar 4,16 persen, menandakan awal dari pemulihan yang cepat dan menjanjikan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makanan, minuman menjadi pendorong utama, melayani mereka yang merindukan suasana makan di luar rumah setelah lama terkurung.

Industri pengolahan kembali bergerak, memproduksi barang yang dibutuhkan masyarakat, sementara jasa kesehatan menjadi sorotan utama, merangkul setiap elemen untuk bersama-sama mengatasi pandemi.

Ketangguhan Sulawesi Utara terus diuji, namun juga membuktikan diri sebagai wilayah yang kuat dan penuh harapan.

Pascapandemi, pertumbuhan ekonomi daerah ini semakin membaik pada 2022--2023, dengan angka mendekati masa keemasan sebelum pandemi.

Kebangkitan ini menjadi simbol harapan, bahwa Sulut telah sepenuhnya pulih dan bangkit dari keterpurukan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Tahun 2023 menjadi saksi bahwa Sulawesi Utara telah kembali ke jalur semula, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.

Sektor-sektor yang dulu terdampak kini menunjukkan kekuatannya, dan para pelaku usaha kecil dan besar bersatu menggerakkan roda perekonomian yang sempat terhenti.

Melalui kerja keras, inovasi, dan adaptasi, Sulawesi Utara telah membuktikan bahwa tantangan sebesar apa pun dapat dihadapi dengan semangat yang tak pernah padam.


Pembangunan manusia

Sulawesi Utara adalah kisah tentang keteguhan dan semangat juang yang tidak pernah padam. Dalam 1 dekade terakhir, provinsi ini telah mencatatkan kemajuan luar biasa dalam indeks pembangunan manusia (IPM).

Melalui tiga dimensi utama yakni kesehatan, pendidikan, dan standar hidup, IPM menjadi cerminan dari upaya kolektif Pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.

Di kota-kota besar hingga desa-desa terpencil, terlihat perubahan signifikan, fasilitas kesehatan semakin membaik, akses pendidikan kian luas, dan standar hidup yang meningkat, menjadi pilar kokoh yang menopang kesejahteraan.

Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyatakan, pada tahun 2020, pandemi COVID-19 datang bagai badai yang mengguncang segala lini kehidupan. IPM Sulawesi Utara yang sebelumnya menunjukkan grafik naik, tiba-tiba mengalami tekanan besar.

Rumah sakit penuh, sekolah-sekolah harus tutup, dan banyak keluarga yang kehilangan sumber penghidupan.

Dampaknya tidak hanya terasa di statistik, tetapi juga dalam keseharian masyarakat yang harus menghadapi ketidakpastian.

Tantangan ini bukan hanya soal angka, tetapi soal bagaimana Sulawesi Utara harus bangkit kembali dari keterpurukan.

Merespons situasi tersebut, Pemerintah bersama masyarakat bergerak cepat. Program pemulihan kesehatan digencarkan dari vaksinasi massal hingga peningkatan layanan kesehatan.

Sektor pendidikan tidak tinggal diam, dengan reformasi kurikulum, pembelajaran daring dan peningkatan fasilitas belajar menjadi prioritas utama.

Para guru dilatih untuk menguasai teknologi, dan berbagai inisiatif kreatif muncul untuk memastikan anak-anak tetap belajar meski dalam keterbatasan.

Di sektor ekonomi, berbagai stimulus digulirkan untuk mendukung UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal serta untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja yang terdampak pandemi.

Upaya ini membuahkan hasil. Pada tahun 2023, IPM Sulawesi Utara telah pulih dan kembali berada di jalur positif, mencapai angka 74,36. Capaian ini bukan sekadar angka, melainkan simbol kebangkitan dan ketahanan masyarakat Sulut.

Dengan umur harapan hidup yang terus meningkat, pendidikan yang semakin berkualitas, dan standar hidup yang lebih baik, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa meski badai telah melanda, harapan dan kerja keras mampu mengubah segalanya.


Nilai tukar petani

Di tengah lanskap hijau Sulawesi Utara yang subur, para petani bekerja dengan penuh semangat. Selama sepuluh tahun terakhir, nilai tukar petani (NTP) di wilayah ini menunjukkan tren peningkatan signifikan, mencerminkan kesejahteraan yang semakin membaik bagi mereka yang menggantungkan hidup pada tanah dan alam.

Meski badai pandemi melanda, Sulawesi Utara memiliki kisah berbeda. Sektor pertanian tetap berdiri tegak, menjadi benteng kokoh yang melindungi perekonomian lokal dari keruntuhan.

Ladang-ladang tetap hijau, petani tetap bekerja, dan pasar-pasar tradisional tetap ramai dengan hasil bumi yang melimpah. Meski dunia dilanda ketidakpastian, petani Sulut tetap bisa tersenyum saat panen tiba karena NTP mereka tidak hanya bertahan di angka 100, tetapi terus menunjukkan peningkatan.

Peran Pemerintah tak dapat diabaikan dalam kisah ini. Berbagai program seperti “Marijo Bakobong” gerakan yang mengajak masyarakat untuk bertani dan berkebun, mendapat sambutan luar biasa masyarakat.

Bukan hanya sebagai langkah strategis, melainkan juga sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan pendapatan petani.

Berbagai bantuan, seperti bibit unggul, alat pertanian modern, dan pelatihan teknis, disalurkan hingga pelosok desa, membuat petani merasa didukung dan dihargai. Program ini seolah menjadi angin segar yang membawa optimisme bagi masyarakat.

Pada masa pemulihan pascapandemi COVID-19, keberadaan sumber daya alam yang melimpah, seperti lahan subur dan curah hujan yang stabil, makin memperkuat posisi pertanian sebagai motor utama ekonomi Sulut.

Kesejahteraan petani pun semakin meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi yang cepat. Hasil panen yang melimpah, harga yang stabil, dan akses pasar yang semakin terbuka membuat NTP Sulawesi Utara terus menanjak.

Kenaikan NTP di Sulawesi Utara adalah bukti bahwa sektor pertanian tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang pesat meski di tengah tantangan global.


Angka kemiskinan turun

Sulawesi Utara adalah provinsi yang kaya akan alam dan budaya, namun selama dekade terakhir, daerah ini juga menghadapi tantangan serius dalam hal kemiskinan.

Tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara mengalami fluktuasi, namun perlahan menunjukkan kecenderungan menurun.

Saat pandemi melanda, banyak warga yang kehilangan pekerjaan, usaha kecil terhenti, dan aktivitas ekonomi yang biasanya ramai mendadak sepi. Dampaknya, pada Maret 2021, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara meningkat sebesar 0,11 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tengah kesulitan ini, Pemprov Sulawesi Utara bergerak cepat untuk meluncurkan berbagai program bantuan dan jaring pengaman sosial yang dirancang khusus untuk membantu mereka yang paling terdampak.

Bantuan sembako, program padat karya, hingga subsidi untuk keluarga kurang mampu menjadi penyelamat di masa-masa sulit. Program seperti bantuan langsung tunai (BLT), subsidi listrik, dan bantuan pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin dijalankan untuk memastikan bahwa masyarakat tidak terjerumus lebih dalam ke jurang kemiskinan.

Berbagai upaya ini terbukti efektif. Pada saat pandemi memuncak, meskipun ada peningkatan kemiskinan, lonjakannya dapat ditekan. Dampak dari berbagai program tersebut mulai terlihat ketika ekonomi perlahan pulih.

Bantuan yang diberikan tidak hanya membantu masyarakat bertahan, tetapi juga memicu optimisme bahwa situasi akan membaik.

Kini, tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara telah menurun menjadi 7,25 persen atau sekitar 186.850 orang, angka yang merupakan pencapaian terendah dalam satu dekade terakhir.

Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan dukungan masyarakat, Sulawesi Utara mampu melewati tantangan besar dan terus melangkah menuju kesejahteraan yang lebih baik bagi semua.


UMKM naik kelas

Di tengah hiruk-pikuk pasar dan kesibukan Kota Manado, pertumbuhan UMKM di Sulawesi Utara terus berdenyut. Para pedagang, pengusaha kecil, dan pemilik warung kopi lokal adalah wajah-wajah gigih yang menggerakkan roda ekonomi daerah ini.

Kinerja kredit UMKM di Sulut selama 1 dekade terakhir terus menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, meski badai pandemi sempat menghampiri. Hingga tahun 2023, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit tercatat sebesar 27,86 persen, sedikit di bawah target nasional sebesar 30 persen, namun tetap menjadi pencapaian yang layak disyukuri.

Sebelum pandemi, pergerakan kredit UMKM di Sulawesi Utara sangat dinamis. Sejak tahun 2015, pertumbuhan kredit UMKM terus meningkat, dimulai dari 5,9 persen (yoy) hingga melonjak ke 12,84 persen (yoy) pada tahun 2019.

Tren ini menunjukkan betapa tingginya minat dan kepercayaan perbankan terhadap pelaku UMKM di daerah. Pasar-pasar tradisional yang ramai, usaha kuliner yang selalu penuh pengunjung, serta usaha kerajinan tangan yang menembus pasar internasional adalah bukti nyata dari semangat wirausaha yang membara di Sulut.

Berbagai program akselerasi diluncurkan Pemerintah untuk menjaga rasio kredit UMKM tetap sehat dan bertumbuh. Mulai dari pelatihan kewirausahaan, kemudahan akses modal, hingga kolaborasi dengan perbankan, semuanya diarahkan untuk memastikan UMKM tetap menjadi tulang punggung perekonomian Sulut.

Pada masa pandemi, Pemerintah memperkenalkan berbagai skema bantuan khusus untuk menjaga agar kredit UMKM tidak tersendat, bahkan terus tumbuh di tengah tantangan.

Pertumbuhan kredit UMKM yang stabil mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjadi andalan, tak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai jantung kehidupan sosial masyarakat.

Menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Andry Prasmuko, perekonomian "Daerah Nyiur Melambai" ini dalam beberapa tahun terakhir bagaikan kapal besar yang tengah berlayar dengan penuh semangat, didukung oleh berbagai sinergi dalam mendorong investasi dan pembangunan.

Sepanjang tahun 2018 hingga 2023, Sulut menjadi saksi dari transformasi besar-besaran dengan selesainya lima Proyek Strategis Nasional (PSN) yang kini menjadi tulang punggung kemajuan daerah ini.

Jalan Tol Manado-Bitung yang membentang megah, mempersingkat waktu tempuh antara dua kota penting dan membuka akses yang lebih luas bagi pergerakan orang dan barang. Pelabuhan Likupang dan Pelabuhan Hub Internasional Bitung menjadi gerbang baru bagi arus logistik, perdagangan, dan pariwisata, menyambut kapal-kapal dari seluruh penjuru dunia.

Di sisi lain, Bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil Kawangkoan menjadi simbol ketahanan air yang vital bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Infrastruktur strategis ini tak hanya menghubungkan wilayah tetapi juga menggerakkan roda ekonomi, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Sementara itu, pembangunan Bandara Raja Loloda Mokoagow di Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi harapan baru untuk konektivitas udara, mempercepat akses antar wilayah dan menarik minat investor baru.

Pemerintah juga gencar membangun dan memperbaiki jalan-jalan nasional dan daerah, serta jembatan yang membentang di daratan dan kepulauan, memastikan seluruh wilayah Sulut terhubung dengan baik.

Namun, bukan hanya infrastruktur fisik yang membawa perubahan. Pembangunan pariwisata menjadi pilar penting dalam peningkatan kinerja ekonomi Sulut.

Dengan pesona alam yang luar biasa, dari Pantai Likupang hingga keindahan taman laut Bunaken, Sulawesi Utara, semakin dikenal sebagai destinasi wisata unggulan.

Peningkatan konektivitas internasional dengan negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, Malaysia turut mendorong arus wisatawan mancanegara yang terus meningkat.

Acara-acara besar seperti Tomohon International Flower Festival (TIFF) tak hanya menampilkan keindahan bunga dan budaya lokal, tetapi juga memperkenalkan Sulut ke panggung dunia, menarik minat wisatawan dari berbagai penjuru.

Di balik perkembangan ini, peran sektor perbankan tak bisa dipandang sebelah mata. Intermediasi perbankan menjadi motor penggerak dengan menyalurkan kredit konsumsi yang menjaga daya beli masyarakat, serta kredit produktif untuk modal kerja dan investasi.

Jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Sulawesi Utara terus meningkat, mencapai Rp48,93 triliun pada tahun 2023, naik hampir dua kali lipat dibandingkan posisi akhir tahun 2013 yang hanya Rp23,37 triliun. Ini bukan hanya angka, melainkan representasi dari kepercayaan yang tumbuh dan optimisme ekonomi yang semakin menguat.

Kisah kebangkitan Sulawesi Utara adalah tentang bagaimana infrastruktur dan investasi mampu mengubah wajah suatu daerah. Namun, tantangan masih ada di depan mata.

Ekonomi Sulut kini tidak hanya bangkit, tetapi juga siap melesat lebih jauh, menyongsong masa depan yang penuh optimisme dan peluang baru.

Editor: Achmad Zaenal M